Studi Ungkap Manfaat Kecepatan Berjalan Kaki Terhadap Kesehatan Jantung
Studi Terbaru: Kecepatan Berjalan Kaki Pengaruhi Risiko Penyakit Jantung
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Heart edisi Agustus 2024 mengungkap korelasi signifikan antara kecepatan berjalan kaki dan penurunan risiko berbagai masalah jantung. Penelitian ini menemukan bahwa individu yang berjalan dengan kecepatan sedang hingga cepat menunjukkan risiko yang lebih rendah untuk mengalami kelainan jantung seperti fibrilasi atrium, bradiaritmia, dan aritmia ventrikel.
Fibrilasi atrium ditandai dengan detak jantung yang tidak teratur, seringkali menyebabkan gejala seperti kelelahan, palpitasi jantung, sesak napas, dan pusing. Bradiaritmia adalah kondisi detak jantung yang terlalu lambat, umumnya di bawah 60 denyut per menit. Sementara itu, aritmia ventrikel adalah gangguan irama jantung yang berasal dari ventrikel jantung, yang berpotensi menyebabkan detak jantung yang sangat cepat dan berbahaya.
Dr. Jill Pell dari Glasgow University, penulis senior studi ini, menekankan bahwa temuan ini menyoroti cara sederhana dan mudah diakses untuk meningkatkan kesehatan jantung. Menurutnya, berjalan kaki adalah aktivitas yang inklusif, tidak memerlukan biaya mahal untuk keanggotaan gym atau peralatan khusus. Cukup dengan melangkah keluar rumah dan bergerak secara aktif, seseorang dapat memperoleh manfaat kesehatan yang signifikan.
Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, para peneliti menganalisis data kesehatan dari partisipan yang terlibat dalam studi UK Biobank pada awal tahun 2000-an. Para partisipan diminta untuk melaporkan kecepatan berjalan mereka, dengan pilihan kategori lambat, sedang, atau cepat. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 6,5% partisipan melaporkan kecepatan berjalan lambat, 53% dengan kecepatan sedang, dan 41% dengan kecepatan cepat.
Hasil analisis menunjukkan bahwa berjalan dengan kecepatan sedang dikaitkan dengan penurunan risiko kelainan jantung sebesar 35%, sementara berjalan dengan kecepatan cepat dikaitkan dengan penurunan risiko sebesar 43%.
Dr. Pell menjelaskan bahwa data yang digunakan mencakup informasi kecepatan berjalan yang dilaporkan sendiri oleh lebih dari 420.000 orang, serta data akselerometri dari hampir 82.000 orang. Ia menambahkan bahwa berjalan dengan kecepatan rata-rata 3-4 mil per jam selama 5-15 menit setiap hari sudah cukup untuk memberikan efek protektif terhadap jantung.
Perbedaan Usia dan Gender
Studi ini juga menyoroti adanya efek yang lebih signifikan pada partisipan berusia di bawah 60 tahun, terutama pada wanita. Temuan ini menarik mengingat wanita cenderung memiliki risiko lebih rendah terkena fibrilasi atrium dibandingkan pria. Namun, ketika wanita mengalami fibrilasi atrium, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena serangan jantung dan stroke dibandingkan pria dengan kondisi yang sama.
Keterbatasan dan Langkah Selanjutnya
Para peneliti mengakui adanya keterbatasan dalam studi ini, terutama karena kecepatan berjalan dilaporkan sendiri oleh partisipan. Selain itu, seseorang dengan kondisi kesehatan tertentu mungkin cenderung berjalan lebih lambat. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.
Dr. Pell merekomendasikan studi intervensi di masa depan, di mana partisipan dengan kecepatan berjalan lambat akan diminta untuk meningkatkan kecepatan mereka, sementara kelompok kontrol tidak. Studi semacam itu akan memberikan bukti yang lebih kuat tentang hubungan sebab-akibat antara kecepatan berjalan dan kesehatan jantung.
Berikut adalah daftar kelainan jantung yang diteliti dalam studi:
- Fibrilasi atrium
- Bradiaritmia
- Aritmia ventrikel