Boeing 737 MAX Kembali ke AS Akibat Ketegangan Perdagangan dengan China
Boeing 737 MAX: Korban Perang Dagang AS-China
Sebuah pesawat Boeing 737 MAX, yang sebelumnya dikirim ke China, terpaksa kembali ke Amerika Serikat di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara kedua negara adidaya ekonomi tersebut. Keputusan ini menyoroti dampak signifikan perang dagang terhadap perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi di kedua negara, terutama Boeing.
Menurut laporan, pesawat tersebut telah tiba di fasilitas Boeing di Zhoushan, China, yang berfungsi sebagai pusat penyelesaian akhir pesawat. Di fasilitas ini, Boeing melakukan tahap akhir perakitan, seperti pemasangan kursi dan pengecatan eksterior. Namun, karena instruksi dari pemerintah China kepada maskapai domestik untuk menunda pemesanan pesawat baru dari Boeing dan meminta izin sebelum menerima pesawat yang sudah dipesan, pesawat tersebut akhirnya dikembalikan ke AS.
Keputusan ini merupakan pukulan bagi Boeing, yang sangat bergantung pada pasar China yang berkembang pesat. Pada September 2023, Boeing memperkirakan bahwa China akan menyumbang 20% dari lalu lintas udara global dalam 20 tahun ke depan dan akan menggandakan armada pesawat komersialnya menjadi sekitar 9.600 unit. Potensi kehilangan akses ke pasar ini akan berdampak besar pada pendapatan dan profitabilitas Boeing.
Dampak Perang Dagang pada Boeing
Perang dagang antara AS dan China telah menciptakan serangkaian tantangan bagi Boeing, termasuk:
- Tarif Balasan: Tarif balasan China sebesar 125% terhadap barang-barang AS telah membuat harga pesawat Boeing menjadi sangat mahal bagi maskapai-maskapai China.
- Peningkatan Biaya Produksi: Rantai pasok Boeing yang kompleks membuat perusahaan rentan terhadap tarif atas komponen impor. Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi dan mengurangi daya saing Boeing.
- Pembatalan Pesanan: Pemerintah China telah menginstruksikan maskapai domestik untuk tidak memesan pesawat baru dari Boeing dan meminta izin sebelum menerima pesawat yang sudah dipesan.
CEO Boeing, Kelly Ortberg, sebelumnya telah memperingatkan tentang potensi dampak negatif dari tarif terhadap bisnis perusahaan. Dia menekankan bahwa Boeing memperoleh komponen dari berbagai negara dan menjual sebagian besar pesawatnya ke luar negeri. Artinya, Boeing berisiko merugi dua kali, yakni biaya naik dan penjualan turun.
Dukungan Pemerintah AS
Terlepas dari tantangan yang dihadapi Boeing, perusahaan tersebut masih memiliki keuntungan karena statusnya sebagai simbol kekuatan manufaktur Amerika. Pemerintah AS, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, tampaknya menyadari pentingnya Boeing bagi ekonomi AS dan telah menunjukkan dukungan untuk perusahaan tersebut.
Presiden Trump dilaporkan telah memperhatikan masalah Boeing terkait pengiriman pesawat ke China. Dalam unggahan media sosial, Trump menyatakan bahwa China telah membatalkan kesepakatan besar dengan Boeing dan tidak akan menerima pesawat yang sudah menjadi komitmen.
Masa Depan Boeing di China
Masa depan Boeing di China tetap tidak pasti di tengah ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung. Jika perang dagang berlanjut atau memburuk, Boeing dapat menghadapi kesulitan yang signifikan dalam mempertahankan pangsa pasarnya di China. Namun, jika kedua negara dapat mencapai kesepakatan perdagangan, Boeing dapat melanjutkan ekspansinya di pasar China dan memanfaatkan pertumbuhan lalu lintas udara yang pesat di negara tersebut.