Uskup Timika Soroti Dampak Konflik dan Investasi terhadap Masyarakat Adat Papua dalam Homili Jumat Agung

Mgr Bernardus Baru, Uskup Terpilih Timika, mengangkat isu krusial mengenai krisis kemanusiaan yang melanda Tanah Papua dalam homilinya saat perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik Katedral Timika pada Jumat, 18 April 2025. Uskup menyoroti dampak konflik bersenjata yang telah berlangsung selama puluhan tahun, serta implikasi dari investasi dan eksploitasi sumber daya alam terhadap masyarakat adat Papua.

Uskup Bernardus Baru, yang merupakan lulusan Universitas Gregoriana Roma dan Ketua STFT Fajar Timur Jayapura, menekankan bahwa konflik berkepanjangan di Papua bukan hanya sekadar masalah keamanan, tetapi juga persoalan kemanusiaan yang mendalam. Ia mengkritik adanya kolaborasi berbagai pihak yang dinilai melanggengkan kejahatan, sehingga masyarakat adat menjadi korban utama. Masyarakat adat kehilangan hak atas tanah ulayat, mata pencaharian, dan bahkan nyawa mereka.

Uskup Bernardus Baru secara spesifik menyoroti dampak Program Strategis Nasional (PSN) di Merauke, di mana dua juta hektar tanah masyarakat adat dicaplok atas nama pembangunan. Ia menyatakan bahwa masyarakat adat kehilangan hak hidup, ruang hidup, budaya, dan jalan hidup mereka. Hilangnya habitat juga mengancam ribuan spesies flora dan fauna di wilayah tersebut. Dalam homilinya, Uskup Bernardus Baru mempertanyakan peran umat Katolik dan Kristen dalam menghadapi situasi ini. Ia mengajak umat untuk tidak hanya merayakan Paskah sebagai seremonial, tetapi juga berani bersuara dan bertindak seperti Yesus Kristus, yang berani menghadapi ketidakadilan.

"Kita orang Kristen harus berani memikul salib itu,” tegasnya, seraya memperingatkan bahwa jika umat tidak berani melakukan hal tersebut, mereka sama dengan Yudas yang turut serta dalam penyaliban Yesus. Uskup Bernardus Baru mengajak umat Katolik untuk berdoa bagi 80.000 pengungsi yang masih berada di pengungsian akibat konflik investasi, konflik militer, dan konflik antara militer dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Ia menyerukan agar dialog menjadi solusi untuk menyelesaikan konflik di Papua. Uskup Bernardus Baru menekankan bahwa setiap manusia memiliki martabat dan diciptakan menurut citra Allah (Imago Dei), bukan sebagai objek rekayasa kepentingan dunia, oligarki, atau penguasa. Ia berharap Paskah tahun ini membawa harapan baru bagi masyarakat Papua, agar mereka tidak lagi dibunuh dan dirampas hak-haknya.

Uskup juga mengajak seluruh umat katolik untuk:

  • Berdoa bagi para pengungsi
  • Menyerukan dialog damai
  • Berani menentang ketidakadilan
  • Memiliki keberanian seperti Yesus Kristus

Dengan demikian, Uskup Bernardus Baru menyerukan kepada seluruh umat katolik untuk tidak tinggal diam dan ikut serta dalam menyelesaikan konflik di Papua.