Indonesia Tawarkan Insentif untuk AS Demi Pemangkasan Tarif Impor

Pemerintah Indonesia sedang berupaya meyakinkan Amerika Serikat untuk menurunkan tarif impor yang sebelumnya diberlakukan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa Indonesia menawarkan sejumlah keuntungan kepada AS sebagai bagian dari upaya negosiasi ini.

Indonesia berencana meningkatkan pembelian komoditas dari AS, terutama di sektor pangan dan energi. Komoditas yang dimaksud meliputi:

  • Gandum
  • Kedelai
  • Susu kedelai
  • Minyak mentah
  • Bensin
  • Barang-barang modal

Selain itu, pemerintah juga menawarkan kemudahan perizinan dan insentif bagi perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di Indonesia. Kerja sama di bidang mineral strategis dan penyederhanaan prosedur impor untuk berbagai produk, termasuk hortikultura, juga menjadi bagian dari tawaran tersebut. Pemerintah mendorong investasi antara kedua negara dilakukan secara business to business (b to b).

Lebih lanjut, Indonesia juga mengusulkan penguatan kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia, khususnya di sektor pendidikan, sains, teknologi, dan ekonomi digital. Airlangga Hartarto mengakui bahwa tawaran-tawaran ini dirancang untuk memberikan keuntungan bagi AS, termasuk dalam sektor jasa keuangan.

Airlangga juga menegaskan bahwa peningkatan impor bahan pangan dari AS tidak akan mengganggu program swasembada pangan yang menjadi prioritas pemerintahan Prabowo. Pemerintah berencana untuk mengalihkan kuota impor dari negara lain ke AS, sehingga total kuota impor secara keseluruhan tidak akan bertambah.

Saat ini, negosiasi antara Indonesia dan AS masih berlangsung. Kedua negara menargetkan untuk menyelesaikan negosiasi dalam 60 hari ke depan. Format perjanjian dan kemitraan perdagangan, termasuk kemitraan investasi, mineral penting, dan rantai pasok yang resilien, telah disepakati.

Delegasi Indonesia aktif menjalin komunikasi dengan pejabat AS, termasuk Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick. Menurut Airlangga, respons dari AS terhadap tawaran Indonesia sejauh ini positif, dan AS bersedia menindaklanjuti kerja sama di tingkat teknis.

Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diajak bernegosiasi oleh AS, mendahului negara-negara lain seperti Vietnam, Jepang, dan Italia.

Sektor tekstil menjadi salah satu yang paling terdampak oleh tarif impor yang diberlakukan oleh AS. Tarif impor untuk produk tekstil dari Indonesia telah meningkat dari sebelumnya berkisar antara 10 hingga 37 persen menjadi 47 persen. Kebijakan ini sempat ditunda selama 90 hari, di mana tarif impor hanya dinaikkan sebesar 10 persen.

Selain tekstil, komoditas lain yang terkena dampak adalah garmen, alas kaki, furnitur, dan udang. Tarif bea masuk untuk komoditas-komoditas ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara pesaing Indonesia di ASEAN dan Asia lainnya.