Kepanikan Massal Era Kolonial: Misteri Teror 'King Kong' Hantui Hindia Belanda
Hantu King Kong Resahkan Warga Hindia Belanda Tahun 1930-an
Kisah mengenai kepanikan yang melanda masyarakat Hindia Belanda pada era 1930-an, dipicu oleh isu teror "King Kong", menjadi bukti bahwa disinformasi bukanlah fenomena baru. Jauh sebelum era digital, berita bohong dan ketakutan irasional mampu menyebar luas dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Cerita ini bermula setelah masuknya film-film barat ke Hindia Belanda, yang kala itu menjadi sumber hiburan utama bagi masyarakat pribumi yang hidup dalam kondisi serba kekurangan. Film "King Kong" (1933) produksi Amerika Serikat, menjadi salah satu tontonan yang sangat populer. Film ini diputar di berbagai kota, mulai dari Bandung hingga Semarang, dan menarik perhatian banyak orang.
Namun, popularitas film ini justru memicu masalah baru di Deli, Medan. Beberapa waktu setelah penayangan film, muncul desas-desus tentang teror "hantu King Kong" yang menghantui kampung-kampung. Menurut rumor yang beredar, "King Kong" ini mengincar para wanita pribumi, menculik mereka saat sedang bersantai di malam hari. Isu ini menciptakan suasana mencekam dan ketakutan di kalangan masyarakat.
Berikut adalah kronologis kejadian:
- Kedatangan Film King Kong: Film King Kong menjadi sangat populer di Hindia Belanda.
- Munculnya Isu Teror: Muncul isu tentang hantu King Kong yang menculik wanita.
- Kepanikan Massal: Masyarakat menjadi resah dan ketakutan.
- Kemunculan Jimat: Seorang wanita menjual jimat untuk menangkal teror King Kong.
- Terungkapnya Kebohongan: Teror King Kong ternyata hanya ulah orang yang menyamar.
Di tengah merebaknya teror, seorang wanita mengambil kesempatan untuk menjual jimat penangkal "hantu King Kong" dengan harga 40 sen per buah. Jimat tersebut diklaim mampu melindungi warga dari serangan makhluk raksasa itu. Ironisnya, banyak warga yang percaya dan membeli jimat tersebut.
Lambat laun, isu teror "King Kong" ini mereda dengan sendirinya. Tidak ada bukti nyata yang pernah ditemukan mengenai keberadaan "hantu King Kong". Sejumlah surat kabar Melayu kemudian melaporkan bahwa "King Kong" yang meresahkan warga sebenarnya adalah seorang pria yang menyamar menggunakan kain. Masyarakat terpedaya oleh sosok King Kong yang ada dalam film dan ketakutan mereka memunculkan imajinasi yang berlebihan.
Kisah ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana informasi yang tidak akurat dan ketakutan kolektif dapat memicu kepanikan massal. Peristiwa teror "King Kong" di Hindia Belanda menjadi pengingat bahwa kewaspadaan dan kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk menghadapi informasi yang beredar, terutama di saat-saat yang penuh ketidakpastian.