Kontroversi Makam Ali bin Abi Thalib di Sukabumi: Klaim Viral Dibantah Tokoh Masyarakat

Sebuah video yang beredar luas di platform media sosial Facebook telah memicu perdebatan sengit di kalangan masyarakat. Video tersebut mengklaim bahwa makam sahabat Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib, terletak di dalam sebuah gua yang berada di wilayah Cisolok, Sukabumi. Klaim ini sontak menuai berbagai reaksi dari warganet, mulai dari rasa penasaran hingga keraguan yang mendalam.

Video berdurasi 1 menit 26 detik itu menampilkan seorang konten kreator dengan basis pengikut yang cukup besar. Dalam video tersebut, ia meyakini bahwa sebuah gua di kawasan Guha Naga, Cisolok Palabuhanratu, adalah tempat peristirahatan terakhir Ali bin Abi Thalib. Ia bahkan menambahkan bahwa tempat tersebut merupakan lokasi berkumpulnya para wali, termasuk Wali Songo, Raden Suryakancana, Prabu Siliwangi, Patih Gajah Mada, dan tokoh spiritual lainnya. Unggahan tersebut dengan cepat menjadi viral, dibagikan ribuan kali, dan memicu ribuan komentar dari pengguna Facebook.

Tim penelusuran kemudian mengidentifikasi lokasi gua yang dimaksud berada di Kampung Cipanas, Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Gua tersebut terletak di kawasan perbukitan, tepat di atas lokasi wisata pemandian air panas Geyser Cisolok.

Namun, klaim kontroversial ini langsung dibantah keras oleh tokoh masyarakat setempat, Ustaz Yusuf Supriadi, yang juga merupakan mantan Kepala Desa Cikahuripan. Menurutnya, tidak ada dasar sejarah maupun spiritual yang mendukung klaim bahwa gua tersebut merupakan situs penting atau memiliki keterkaitan dengan Ali bin Abi Thalib.

"Secara historis tidak ada cerita itu adalah patilasan atau situs apapun. Hanya direkayasa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kawasan itu adalah milik Perhutani," tegas Ustaz Yusuf.

Ia menjelaskan bahwa gua tersebut telah lama dikenal oleh warga Kampung Cipanas. Namun, narasi yang berkembang belakangan ini, yang menyebut tempat itu sebagai situs spiritual, dinilainya tidak benar.

"Gua itu merupakan salah satu tempat yang berada di Desa Cikahuripan. Status tanahnya adalah milik Perhutani, kemudian berkembang dikuasai oleh salah seorang warga keturunan asal Jakarta bernama Ahmad Fardianto alias Kimli," ungkapnya.

Menurut Yusuf, klaim bahwa gua itu ditemukan oleh Kimli juga tidak sesuai fakta. "Kalau ditemukan oleh saudara Kimli itu tidak betul. Karena sebelum Kimli hadir ke sini, kami sudah di sini duluan, sudah tahu tempat itu," katanya.

Ia menyayangkan adanya klaim kepemilikan pribadi terhadap gua itu yang hanya didasarkan pada dokumen pajak tanah biasa. "Ketika dikuasai kepemilikannya oleh pemerintah melalui kades yang dulu, diklaim milik seseorang yang kekuatannya cuma SPPT saja," jelas Yusuf.

Lebih lanjut, Yusuf menegaskan bahwa gua tersebut tidak memiliki keistimewaan secara spiritual maupun sejarah. "Gua itu hanya gua biasa saja, tidak ada keunikan dan hanya terbentuk oleh alam. Dibesar-besarkan oleh orang yang tidak punya pemahaman, hanya mendapat kabar dan isu bahwa tempat itu punya karomah, keramat, dan sebagainya," ujarnya.

Ia juga menyoroti aktivitas seorang warga keturunan yang mengaku Muslim dan telah puluhan tahun melakukan ritual di sana. Bahkan, bangunan pendukung sempat dibangun di sekitar lokasi.

"Si warga keturunan itu sering melakukan ritual, puluhan tahun beraktivitas di sana sampai dibuat bangunan pendukung karena merasa sudah menguasai," katanya.

"Ketika saudara Kimli sakit dan sudah renta, aktivitas itu diteruskan oleh mereka yang kemudian mengklaim tempat itu berkaromah. Lama-lama berkembang, beredar informasinya, sehingga muncul klaim sebagai Makam Sayidina Ali dan sebagainya. Padahal yang mengklaim tanah itu sekarang sudah tidak ada," tambah Yusuf.

Menanggapi munculnya klaim yang dinilai menyesatkan tersebut, Yusuf berharap pemerintah desa segera bertindak. "Makanya kami minta ke Kades Cikahuripan, Jaro Midun, untuk menutup tempat itu dari kegiatan yang dianggap musyrik," tegasnya.

"Apalagi sekarang muncul klaim bahwa tempat itu adalah Makom Sayidina Ali. Itu tempat biasa saja, bukan tempat yang pernah dikunjungi para wali atau tokoh agama manapun," pungkasnya.