Perayaan Paskah di Inggris, yang identik dengan hidangan manis berbentuk telur cokelat, ternyata menyisakan persoalan pelik terkait pengelolaan sampah. Sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan pengemasan DS Smith mengungkap bahwa konsumsi telur cokelat yang tinggi selama Paskah menghasilkan ribuan ton sampah kemasan.

Survei yang melibatkan 2.000 responden di seluruh Inggris menunjukkan bahwa rata-rata setiap warga menerima setidaknya tiga telur cokelat saat Paskah. Dengan kalkulasi nasional, jumlah telur cokelat yang dikonsumsi mencapai 123.000 buah, sehingga diperkirakan limbah kemasannya mencapai lebih dari 8.000 ton setiap tahunnya. Fakta ini memicu kekhawatiran mengenai dampak lingkungan dan mendorong perdebatan tentang praktik daur ulang yang efektif.

Kebingungan Daur Ulang dan Preferensi Konsumen

Hasil survei juga menyoroti adanya kebingungan di kalangan masyarakat terkait daur ulang kemasan telur Paskah. Mayoritas responden (65%) berpendapat bahwa kemasan telur cokelat cenderung berlebihan. Selain itu, seperempat responden merasa terganggu dengan keberadaan sampah plastik yang menyertai perayaan Paskah, dan sebagian besar mulai beralih ke produk dengan kemasan bebas plastik.

Hal ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi konsumen ke arah produk yang lebih ramah lingkungan. Sebanyak 22% responden secara khusus memilih telur Paskah berdasarkan kemampuan daur ulang kemasannya. Namun, meskipun minat terhadap kemasan berkelanjutan meningkat, survei menemukan bahwa masih banyak masyarakat yang kesulitan memahami proses daur ulang kemasan telur yang benar.

Sepertiga (33%) responden mengaku bingung mengenai jenis-jenis kemasan telur yang dapat didaur ulang. Sementara itu, 26% responden menilai instruksi daur ulang pada kemasan tidak jelas atau sulit dipahami. Bahkan, 36% responden menyatakan tidak dapat mendaur ulang beberapa jenis kemasan telur karena keterbatasan fasilitas atau program daur ulang di wilayah mereka.

Tingkat Daur Ulang yang Rendah

Data survei menunjukkan tingkat daur ulang kemasan telur Paskah yang bervariasi. Meskipun 89% responden mendaur ulang kotak luar yang terbuat dari karton, hanya 36% yang mendaur ulang pembungkus aluminium foil. Lebih memprihatinkan lagi, hanya 17% yang mendaur ulang kotak plastik tempat telur-telur tersebut dijual, menunjukkan tingkat daur ulang yang paling rendah.

Samantha Upham, manajer keberlanjutan senior DS Smith, menekankan pentingnya daur ulang kemasan telur Paskah dengan benar. "Telur cokelat adalah bagian yang menyenangkan dari perayaan Paskah, dengan rata-rata orang Inggris mengonsumsi 165 camilan ini sepanjang hidup mereka," ujarnya. "Sayangnya, meski sebagian besar telur akan habis dimakan pada hari perayaan Paskah, kemasan tempat telur-telur itu dapat memiliki siklus hidup yang jauh lebih panjang jika tidak didaur ulang dengan baik."

DS Smith memberikan panduan praktis kepada konsumen untuk meningkatkan praktik daur ulang kemasan telur Paskah, antara lain:

• Memisahkan material kemasan
• Mendaur ulang kardus dan foil (jika bisa diremas)
• Menggunakan kembali kemasan
• Selalu memeriksa aturan daur ulang setempat

Ancaman Perubahan Iklim pada Produksi Cokelat

Selain masalah sampah kemasan, perayaan Paskah juga diwarnai kekhawatiran mengenai keberlanjutan produksi cokelat di masa depan. Lembaga amal Christian Aid mengungkapkan bahwa harga kakao telah melonjak 400% akibat peningkatan panas dan curah hujan yang tidak menentu di wilayah penghasil kakao utama. Perubahan iklim ini mengancam pasokan kakao dan berpotensi menaikkan harga cokelat secara signifikan.

Christian Aid mencatat bahwa pada tahun 2024, perubahan iklim menyebabkan peningkatan hari dengan suhu di atas 32 derajat Celcius selama enam minggu di 71% wilayah penghasil kakao di Pantai Gading, Ghana, Kamerun, dan Nigeria.

Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diambil:

• Konsumsi telur cokelat saat Paskah menghasilkan ribuan ton sampah kemasan di Inggris.
• Masyarakat masih bingung mengenai cara mendaur ulang kemasan telur Paskah dengan benar.
• Tingkat daur ulang kemasan telur Paskah masih rendah, terutama untuk pembungkus aluminium foil dan kotak plastik.
• Perubahan iklim mengancam produksi kakao dan berpotensi menaikkan harga cokelat.