Indonesia dan AS Optimistis Capai Kesepakatan Tarif Perdagangan dalam Dua Bulan
Indonesia dan Amerika Serikat (AS) menetapkan target ambisius untuk merampungkan negosiasi tarif perdagangan dalam kurun waktu 60 hari ke depan. Kesepakatan ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara.
Pernyataan ini muncul setelah serangkaian diskusi positif antara perwakilan pemerintah Indonesia dan pejabat tinggi perdagangan AS, termasuk US Trade Representative (USTR) dan Secretary of Commerce. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan optimisme atas kemajuan yang telah dicapai.
"Indonesia dan Amerika Serikat sepakat untuk menyelesaikan perundingan ini dalam waktu 60 hari, dengan kerangka acuan yang telah disepakati. Format perjanjian dan cakupannya juga telah ditentukan," ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual.
Untuk mencapai target tersebut, kedua negara berencana mengadakan serangkaian pertemuan lanjutan. Pemerintah Indonesia berharap seluruh proses negosiasi dapat difinalisasi dan diresmikan dalam bentuk perjanjian resmi dalam dua bulan mendatang.
"Kami berharap kerangka tersebut dapat ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian yang akan disetujui oleh kedua negara dalam 60 hari," tambah Airlangga.
Indonesia telah menyiapkan sejumlah proposal untuk diajukan kepada AS, termasuk peningkatan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG), minyak mentah, dan bensin dari AS. Langkah ini diharapkan dapat memperdalam kerjasama di sektor energi.
Selain itu, Indonesia akan terus mengimpor produk pertanian penting dari AS, seperti gandum, kedelai, dan susu kedelai. Peningkatan impor barang modal juga menjadi fokus dalam negosiasi ini.
Guna menarik investasi dan memperlancar kegiatan bisnis perusahaan-perusahaan AS di Indonesia, pemerintah akan memberikan kemudahan perizinan dan insentif yang menarik.
Kerja sama pengelolaan mineral strategis juga menjadi agenda penting dalam negosiasi ini. Indonesia akan mempermudah prosedur impor produk AS, termasuk produk hortikultura, untuk meningkatkan volume perdagangan.
Kerja sama antara Indonesia dan AS tidak terbatas pada sektor perdagangan barang. Kedua negara juga menjajaki peluang kerja sama di bidang investasi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan sektor keuangan.
"Indonesia juga menyoroti isu terkait layanan keuangan yang cenderung menguntungkan Amerika Serikat," kata Airlangga, menekankan perlunya keseimbangan dalam kerja sama ekonomi.
Berikut adalah poin-poin utama yang menjadi fokus negosiasi:
- Energi: Peningkatan impor LPG, minyak mentah, dan bensin dari AS.
- Pertanian: Kelanjutan impor gandum, kedelai, dan susu kedelai.
- Investasi: Kemudahan perizinan dan insentif untuk perusahaan AS.
- Mineral Strategis: Kerja sama pengelolaan mineral.
- Impor Hortikultura: Penyederhanaan prosedur impor.
- SDM: Pengembangan sumber daya manusia.
- Keuangan: Mencari keseimbangan dalam layanan keuangan.