Penghapusan Pertek Picu Kekhawatiran Banjir Produk Elektronik Tiongkok di Indonesia
Indonesia berpotensi menjadi sasaran empuk serbuan produk elektronik asal Tiongkok menyusul wacana penghapusan Peraturan Teknis (Pertek) yang tengah dipertimbangkan oleh pemerintah. Kebijakan ini dikhawatirkan akan membuka keran impor lebih lebar, menjadikan pasar domestik banjir produk impor, khususnya dari Tiongkok.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Daniel Suhardiman, mengungkapkan kekhawatirannya atas potensi dampak penghapusan Pertek terhadap industri elektronik dalam negeri. Menurutnya, penghapusan Pertek akan semakin memudahkan produk elektronik dari Tiongkok membanjiri pasar Indonesia.
"Pasar Indonesia yang besar dengan jumlah penduduk yang signifikan menjadi daya tarik utama bagi negara-negara eksportir, terutama Tiongkok," ujar Daniel dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (17/4/2025). Ia menambahkan, jika Tiongkok mengalami surplus produksi, Indonesia akan menjadi target utama untuk limpahan produk tersebut.
Daniel menjelaskan, perbedaan signifikan dalam penerapan Non-Tariff Measures (NTM) antara Indonesia dan negara lain juga menjadi faktor pendorong potensi serbuan produk impor. NTM yang lemah di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN, seperti Thailand dan Filipina, semakin mempermudah produk impor masuk ke pasar domestik.
Berikut adalah perbandingan jumlah NTM:
- Indonesia: 207
- Thailand: 660
"Negara-negara maju memiliki NTM yang kuat sehingga dapat menginisiasi perdagangan bebas dengan lebih baik. Indonesia perlu memperkuat NTM agar tidak menjadi sasaran empuk bagi produk impor," tegas Daniel.
Lebih lanjut, Daniel meminta pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana penghapusan Pertek terkait impor barang jadi. Ia menekankan pentingnya Pertek dalam melindungi dan meningkatkan utilisasi industri dalam negeri. Ia juga meminta masukan yang benar dan komprehensif kepada Presiden, dengan mempertimbangkan berbagai aspek terkait Pertek, termasuk dampaknya terhadap industri, bahan baku, dan komponen.
Daniel tidak begitu khawatir dengan kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat (AS), karena ekspor produk elektronik ke AS tidak terlalu besar, hanya sekitar US$ 300 juta. Kekhawatiran utamanya adalah potensi serbuan produk dari negara-negara produsen besar seperti Tiongkok, yang akan dengan mudah masuk ke pasar Indonesia jika Pertek dihapuskan.