Korupsi Proyek Fiktif di Kementan, Menteri Pertanian Ungkap Adanya Upaya Lobi
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan adanya upaya lobi terkait kasus dugaan korupsi proyek fiktif yang melibatkan seorang pengamat pertanian di Kementerian Pertanian (Kementan). Kasus ini mencuat setelah Kementan menemukan indikasi kerugian negara mencapai miliaran rupiah akibat proyek yang tidak terealisasi dan diduga melibatkan pemalsuan tanda tangan.
Dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (17/4/2025), Amran menegaskan bahwa pelaku korupsi, termasuk pengamat tersebut, adalah "musuh negara" dan tidak akan diberi ampun. "Ada yang lobi saya untuk dimaafkan, enggak! Itu atas nama rakyat. Bukan atas nama menteri. Banyak yang lobi, pejabat yang lobi," ujarnya. Hal ini mengindikasikan tekanan yang signifikan terhadap Mentan untuk meringankan hukuman atau bahkan membebaskan pengamat yang bersangkutan.
Amran menjelaskan bahwa pengamat tersebut, yang tidak disebutkan namanya secara spesifik, sebelumnya dikenal sebagai pengkritik kebijakan Kementan. Namun, setelah tidak lagi menjabat sebagai menteri, pengamat tersebut justru terlibat dalam proyek di Kementan yang kemudian terindikasi fiktif dan merugikan negara. Proyek tersebut diduga tidak memberikan manfaat yang seharusnya dan sebagian tanda tangannya dipalsukan.
Kementan telah menelaah berbagai kritik yang dilontarkan oleh pengamat pertanian, namun menemukan bahwa kritik dari pengamat yang terlibat kasus ini tidak konstruktif dan bahkan didasarkan pada data yang salah. Hal ini memicu kecurigaan adanya agenda tersembunyi di balik kritik tersebut.
Kasus ini telah diserahkan kepada penegak hukum untuk diproses lebih lanjut. Mentan Amran menyatakan keyakinannya bahwa proyek tersebut merugikan negara dan pelaku harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Ia juga menegaskan bahwa korupsi adalah musuh negara dan harus diberantas.
Sebelumnya, dalam acara Dies Natalis Universitas Sebelas Maret (UNS), Amran telah menyinggung mengenai adanya pengamat pertanian yang kemungkinan akan dipenjara karena terlibat dalam masalah di Indonesia. Ia tidak menyebutkan nama pengamat tersebut, namun mengindikasikan bahwa yang bersangkutan adalah bagian dari masalah yang dihadapi bangsa ini.