Iran Bersikeras pada Pengayaan Uranium Jelang Pembicaraan Nuklir dengan AS di Roma
Menjelang putaran kedua perundingan nuklir yang dijadwalkan berlangsung di Roma, Italia, Iran menegaskan kembali posisinya bahwa hak untuk memperkaya uranium adalah sesuatu yang tidak dapat dinegosiasikan.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dalam pernyataannya, menyampaikan kesiapan Iran untuk membangun kepercayaan terkait kekhawatiran seputar program pengayaan uraniumnya. Namun, ia menekankan bahwa prinsip dasar pengayaan uranium itu sendiri tidak dapat menjadi subjek perundingan. Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan langsung terhadap tuntutan yang diajukan oleh negosiator utama AS, Steve Witkoff, yang menyerukan agar Iran menghentikan seluruh aktivitas pengayaan nuklirnya sebagai prasyarat untuk mencapai kesepakatan dengan Washington. Witkoff, melalui platform media sosial X, menyatakan bahwa Iran harus menghentikan dan membongkar program pengayaan dan persenjataan nuklirnya.
Tuduhan bahwa Iran memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian tinggi, melebihi kebutuhan sipil dan mendekati level yang dapat digunakan untuk senjata nuklir, telah lama dilontarkan oleh sejumlah negara Barat. Namun, Iran secara konsisten membantah tuduhan tersebut, dengan menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya ditujukan untuk tujuan damai, seperti produksi energi dan aplikasi medis. Selain itu, terdapat indikasi bahwa Iran akan menolak proposal yang diajukan oleh AS untuk memindahkan stok uraniumnya ke negara lain, seperti Rusia, sebagai bagian dari kesepakatan nuklir. Meskipun terdapat laporan diplomatik mengenai kemungkinan Rusia bersedia menampung cadangan uranium Iran, belum ada komentar resmi yang dikeluarkan oleh Kremlin mengenai masalah ini. Araqchi dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke Rusia, yang mengisyaratkan adanya potensi diskusi lebih lanjut mengenai isu-isu terkait.
Perubahan lokasi perundingan, dari Oman ke Roma, telah menimbulkan kritik. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyindir bahwa perubahan lokasi perundingan yang mendadak itu seperti menggeser tiang gawang dan berpotensi mengancam kelangsungan dialog. Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, dilaporkan diundang untuk menghadiri pertemuan di Roma. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, menegaskan bahwa Italia tidak akan terlibat langsung dalam proses negosiasi. Tajani menyatakan bahwa peran Italia hanya sebagai jembatan perdamaian, tanpa ambisi apapun, dan bahwa negosiasi sekompleks ini sepenuhnya bergantung pada pihak-pihak terkait.
Berikut poin penting dalam berita ini:
- Iran menegaskan kembali haknya untuk memperkaya uranium menjelang perundingan nuklir dengan AS.
- AS menuntut Iran menghentikan pengayaan nuklir sebagai syarat kesepakatan.
- Iran membantah tuduhan pengembangan senjata nuklir dan menyatakan programnya damai.
- Perubahan lokasi perundingan menuai kritik.
- Italia menegaskan netralitasnya sebagai tuan rumah perundingan.