Momentum Emas: Indonesia dan China Perkuat Kemitraan Energi Hijau di Usia 75 Tahun Hubungan Diplomatik
75 Tahun Kemitraan RI-China: Peluang Emas untuk Energi Terbarukan
Peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menjadi tonggak penting untuk memperdalam kolaborasi dalam pembangunan berkelanjutan, khususnya di sektor energi terbarukan. Jalinan relasi yang telah berlangsung sejak 13 April 1950 ini membuka peluang strategis bagi kedua negara untuk mempercepat transisi energi dan mencapai target net zero emissions. Selama tujuh dekade lebih, kerja sama bilateral ini telah merambah berbagai bidang, mulai dari perdagangan, infrastruktur, hingga sosial budaya, yang mana sektor energi kini menjadi fokus utama.
China telah menjadi mitra dagang utama Indonesia selama satu dekade terakhir, dengan volume perdagangan yang terus meningkat signifikan. Investasi China di Indonesia, terutama melalui proyek Belt and Road Initiative (BRI), juga menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan ekonomi di tanah air. Dengan Indonesia sebagai penerima investasi BRI terbesar, kemitraan ini menjadi fondasi penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Presiden Xi Jinping dan Presiden Prabowo Subianto telah menegaskan komitmen untuk saling mendukung visi pembangunan masing-masing negara, terutama dalam pengembangan energi berkelanjutan. Inisiatif BRI juga berpotensi untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, meningkatkan perdagangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Kolaborasi Energi Bersih: Investasi dan Pengembangan Teknologi
Institute for Essential Services Reform (IESR) menyoroti pentingnya fokus pada pengembangan proyek energi bersih dalam kerangka BRI. Investasi pada energi terbarukan, penggantian pembangkit listrik berbahan bakar fosil, serta pengembangan rantai pasok dan manufaktur teknologi energi bersih menjadi prioritas utama. Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan skala utilitas, mencapai 333 gigawatt, yang dapat menjadi modal penting untuk mencapai target ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2045 dan mewujudkan ekonomi rendah karbon. Kemitraan dengan China, sebagai pemimpin global dalam infrastruktur dan manufaktur energi terbarukan, akan memberikan keuntungan besar bagi kedua negara.
Lebih lanjut, kolaborasi ini tidak hanya terbatas pada lingkup pemerintah, tetapi juga dapat diperluas melalui dialog yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara Indonesia dan China dalam transisi menuju pembangunan hijau dapat menginspirasi pemangku kepentingan di Indonesia untuk mengadopsi praktik berkelanjutan dan teknologi baru. IESR sendiri aktif terlibat dalam kerangka BRI International Green Development Cooperation (BRIGC) dan Green and Low Carbon Expert Network (GLEN), menunjukkan komitmennya dalam mendukung kerja sama internasional untuk percepatan transisi energi.
Menuju Masa Depan yang Lebih Hijau dan Berkelanjutan
Peringatan 75 tahun hubungan diplomatik ini menjadi momentum krusial untuk mempererat kerja sama dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Kolaborasi ini dapat menjadi model bagi kerja sama Selatan-Selatan dalam mengatasi perubahan iklim dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Investasi dalam energi terbarukan, pengembangan teknologi bersih, dan pertukaran pengetahuan akan menjadi kunci dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju yang ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan potensi yang ada dan memperkuat kemitraan strategis, Indonesia dan China dapat bersama-sama berkontribusi pada masa depan dunia yang lebih baik.
- Energi Terbarukan
- Hubungan Diplomatik
- Investasi Hijau
- Belt and Road Initiative
- Pembangunan Berkelanjutan