Oriental Circus dan Taman Safari Indonesia: Dua Entitas Berbeda dalam Industri Hiburan dan Konservasi Satwa
Dibalik gemerlap dunia hiburan dan upaya konservasi satwa, terdapat dua nama besar di Indonesia yang seringkali diasosiasikan, namun sebenarnya memiliki perbedaan mendasar: Oriental Circus Indonesia (OCI) dan Taman Safari Indonesia (TSI). Tony Sumampau, tokoh sentral yang memiliki keterkaitan sejarah dengan keduanya, meluruskan kesalahpahaman yang kerap terjadi di masyarakat.
Lahirnya Oriental Circus di Tengah Gejolak Politik
Tony mengisahkan bahwa OCI lahir dari kebutuhan hiburan bagi para prajurit TNI (dulu ABRI) pasca peristiwa G30S pada tahun 1966. Saat itu, situasi politik yang memanas mendorong munculnya kelompok akrobatik yang kemudian dikenal sebagai Oriental Circus. Kelompok ini berkeliling ke berbagai daerah, tampil di markas-markas militer, menghibur para prajurit yang bertugas menjaga keamanan.
Pada awalnya, pertunjukan OCI hanya mengandalkan keahlian akrobatik tanpa melibatkan hewan. Namun, kedatangan Royal Indian Circus pada tahun 1971, yang membawa serta hewan-hewan pertunjukan, memaksa OCI untuk beradaptasi. Dari sinilah, OCI mulai mengadopsi konsep sirkus dengan satwa, mengubah namanya menjadi Oriental Circus.
OCI juga menjadi wadah bagi anak-anak yang sejak kecil diasuh oleh keluarga besar pelaku sirkus. Bahkan, beberapa di antaranya berasal dari panti asuhan di sekitar Kalijodoh. Anak-anak ini dilatih sejak usia dini dan mulai bergabung dalam pertunjukan sirkus pada usia 6-7 tahun.
Taman Safari: Konservasi Satwa di Habitat Buatan
Berbeda dengan OCI yang berfokus pada hiburan sirkus, Taman Safari Indonesia didirikan pada tahun 1981 dengan konsep konservasi satwa di habitat buatan. Tony Sumampau bersama dua saudaranya, Jansen Manansang dan Frans Manansang, serta ayahnya, Hadi Manangsang, membangun bisnis konservasi satwa di daerah Cisarua, Bogor. TSI menjadi tempat bagi satwa untuk hidup dan berkembang biak dalam lingkungan yang menyerupai habitat aslinya.
Tony menegaskan bahwa meskipun ada hubungan keluarga antara pemilik OCI dan TSI, kedua entitas ini tidak saling berkaitan secara bisnis maupun hukum. OCI beroperasi dari tahun 1967 hingga 1997, sedangkan TSI berdiri pada tahun 1981 dan terus beroperasi hingga saat ini. Tidak ada aliran dana atau keterlibatan pemain OCI di TSI.
Ide mendirikan Taman Safari muncul setelah Tony bekerja di African Lion Country Safari di Australia. Awalnya, nama Taman Safari bahkan adalah African Lion Safari, sebelum akhirnya diganti menjadi Taman Safari Indonesia pada tahun 1991.
Menanggapi Tuduhan Eksploitasi
Terkait dengan tuduhan eksploitasi yang viral belakangan ini, yang diungkapkan oleh mantan pemain OCI dan dikaitkan dengan Taman Safari, Tony menduga bahwa hal itu terjadi karena OCI sudah tidak beroperasi. Pihak-pihak tertentu mungkin mencoba mencari celah dengan membawa-bawa nama Taman Safari.
Sebelumnya, sejumlah mantan pemain sirkus OCI mengungkapkan kisah kelam mereka selama menjadi pemain sirkus, termasuk kekerasan fisik, eksploitasi, dan perlakuan tidak manusiawi. Kisah ini diungkapkan di hadapan Wakil Menteri HAM, mengadukan pengalaman pahit yang mereka alami selama bertahun-tahun.
Dengan penjelasan ini, diharapkan masyarakat dapat memahami perbedaan mendasar antara Oriental Circus Indonesia dan Taman Safari Indonesia, serta menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul.