Arsitektur Masjid Modern Indonesia: Inovasi Desain Tanpa Kubah

Arsitektur Masjid Modern Indonesia: Inovasi Desain Tanpa Kubah

Kubah, elemen arsitektur yang identik dengan masjid-masjid di Indonesia, ternyata tidak selalu menjadi elemen wajib dalam konstruksi tempat ibadah umat Islam. Meskipun secara umum kubah menjadi ciri khas, kenyataannya banyak masjid di Indonesia yang menunjukkan inovasi desain dengan mengesampingkan elemen tersebut. Kehadiran masjid-masjid tanpa kubah ini bukan hanya sekadar variasi arsitektur, melainkan juga refleksi dari adaptasi budaya lokal dan interpretasi modern terhadap nilai-nilai keagamaan.

Beberapa masjid di Indonesia telah berhasil menginterpretasikan fungsi dan estetika masjid tanpa kubah dengan cara yang unik dan menarik. Berikut beberapa contohnya:

  • Masjid Raya Sumatera Barat: Sebagai ikon Kota Padang, masjid ini mengadopsi arsitektur tradisional Rumah Gadang, dengan atap melengkung khas berbentuk gonjong yang menyerupai tanduk kerbau. Desainnya yang megah, seluas 40.000 meter persegi lahan dan 18.000 meter persegi bangunan, menggabungkan keindahan budaya Minangkabau dengan fungsi utama sebagai tempat ibadah. Karya arsitek Rizal Muslimin ini menampilkan atap yang menyerupai kain terkembang dengan empat sudut lancip, menciptakan siluet yang unik dan menawan.

  • Masjid Jami Kalijodo (Masjid Jami Al Mubarokah): Terletak di Jakarta Barat, masjid ini menampilkan sentuhan tradisional Betawi yang kental melalui atap tajug, atau atap piramida yang terpotong. Desain oleh Yori Antar ini memungkinkan cahaya matahari masuk secara optimal. Penggunaan anyaman bambu pada beberapa sisi dinding menambah kekhasan arsitektur tradisional Betawi yang dipadukan dengan fungsi modern sebagai tempat ibadah.

  • Masjid Agung Baitus Shobur (Masjid 99 Cahaya): Berlokasi di Tulang Bawang Barat, Lampung, masjid ini dirancang oleh Isandra Martin dengan ketinggian 30 meter, melambangkan 30 juz dalam Al-Quran. Luas bangunan 34 x 34 meter merepresentasikan jumlah sujud dalam shalat wajib. Keunikan lainnya terletak pada 114 pilar yang melambangkan jumlah surat dalam Al-Quran, atap berbentuk segi lima yang merepresentasikan rukun Islam, dan 99 lubang cahaya yang melambangkan 99 Asmaul Husna. Letaknya di tengah danau menambah nilai estetika yang luar biasa.

  • Masjid Salman Rasidi: Berada di Bandung, Jawa Barat, masjid ini mengadopsi bentuk leuit (lumbung padi), yang mencerminkan mata pencaharian mayoritas warga sekitar. Desainnya yang unik, didominasi kaca-kaca besar, menggabungkan fungsi tradisional dan modern dengan cara yang harmonis. Keunikan ini merefleksikan adaptasi desain masjid terhadap konteks lingkungan dan sosial masyarakat setempat.

  • Masjid Salman ITB: Masjid kampus Institut Teknologi Bandung ini memiliki atap datar yang berfungsi ganda sebagai penutup dan talang penampung air hujan. Desain oleh Achmad Noe'man ini menggabungkan fungsionalitas modern dengan estetika minimalis. Keberadaan menara di sebelah tenggara masjid melengkapi desainnya yang unik dan fungsional.

  • Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan: Karya Ridwan Kamil ini mengusung desain kubus inovatif dengan rongga-rongga dinding yang membentuk lafaz dua kalimat syahadat. Desain tanpa kubah ini terinspirasi oleh Masjidil Haram dan Ka'bah, namun diinterpretasikan ulang dengan gaya modern dan kontemporer. Kaligrafi Arab yang menghiasi bangunan menambah nilai estetika dan spiritual masjid.

  • Masjid Al Safar: Juga rancangan Ridwan Kamil, masjid di rest area Tol Cipularang ini memiliki atap menyerupai topi adat Sunda. Bentuk segitiga yang terinspirasi dari konsep folding (modul segitiga) dipilih untuk menyesuaikan kontur lahan yang tidak rata. Masjid yang mampu menampung 1.200 jemaah ini membuktikan bahwa desain tanpa kubah mampu mengakomodasi jumlah jamaah yang besar.

Keberadaan masjid-masjid tanpa kubah ini menunjukkan bahwa arsitektur masjid di Indonesia terus berevolusi, mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan kreativitas dan inovasi desain, serta tetap relevan dengan konteks sosial dan budaya setempat.