Dari Gelanggang Olahraga ke Gilingan Kopi: Perjuangan Retnowati Meraih Mimpi Sebagai Barista
Retnowati Sibarani, seorang atlet berprestasi yang pernah mengharumkan nama bangsa di Asian Para Games 2018, kini tengah menapaki jalan baru. Tidak lagi di lintasan olahraga, melainkan di balik mesin espresso, merajut asa menjadi seorang barista profesional.
Kisah inspiratif ini bermula dari keinginan Retnowati untuk mandiri secara ekonomi. Sebagai seorang penyandang disabilitas, Retnowati menyadari bahwa mencari pekerjaan formal bukanlah perkara mudah. Stigma dan diskriminasi masih menjadi penghalang, meskipun pemerintah telah berupaya mengeluarkan imbauan kepada perusahaan untuk membuka pintu bagi pekerja disabilitas. Namun, Retnowati tidak patah semangat. Ia memilih jalur kewirausahaan, dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan mungkin juga bagi orang lain di kemudian hari.
"Motivasi saya mengikuti pelatihan ini, saya ingin punya usaha, membuka usaha sendiri, karena disabilitas itu tidak semua orang mau menerima sebagai tenaga kerja," ungkap Retnowati, menggambarkan realita yang dihadapinya.
Langkah konkret yang diambil Retnowati adalah mengikuti pelatihan barista di Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Timur. Di sana, ia mengasah keterampilan meracik kopi, mempelajari teknik latte art, dan memahami seluk-beluk dunia perkopian. Pelatihan ini menjadi bekal berharga bagi Retnowati untuk mewujudkan mimpinya memiliki kedai kopi sendiri.
Sambil menekuni pelatihan barista, Retnowati tidak meninggalkan dunia olahraga yang telah membesarkan namanya. Ia tetap aktif berlatih dan bertanding di cabang olahraga bowling dan lawn bowls. Bahkan, ia baru saja meraih medali perunggu di Peparnas Solo, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi.
"Di 2018, saya ikut lawn bowls dan meraih medali perak di Asian Para Games di Jakarta. Kemarin, saat Peparnas di Solo, saya ikut dan dapat medali perunggu mewakili Jakarta," ujarnya dengan bangga.
PPKD Jakarta Timur sendiri memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing masyarakat, termasuk penyandang disabilitas dan mereka yang rentan terhadap masalah sosial. Pada tahun 2025, PPKD Jakarta Timur menargetkan untuk melatih 2.000 peserta dalam berbagai kejuruan, mulai dari pariwisata hingga teknologi informasi.
Kepala PPKD Jakarta Timur, Teguh Hendarwan, menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang untuk menjawab kebutuhan pasar kerja. "Kami targetkan ada 2.000 peserta tahun ini di lima angkatan, 10 kejuruan dengan 17 program pelatihan. Jadi setiap angkatan kurang lebih sekitar 400 orang, tergantung dari kebutuhan kejuruan yang ada," jelas Teguh.
Selain pelatihan reguler, PPKD Jakarta Timur juga memberikan perhatian khusus kepada kelompok-kelompok rentan. Pada angkatan kedua tahun 2025, terdapat 20 peserta penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan barista. Selain itu, PPKD juga merangkul mantan pelaku tawuran, dengan harapan memberikan mereka kesempatan untuk mengubah jalan hidup dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
"Angkatan kedua ini, 20 orang untuk kegiatan kejuruan disabilitas. Angkatan kedua ini untuk kejuruan barista," tutur Teguh.
PPKD Jakarta Timur menargetkan agar 70 persen peserta pelatihan dapat terserap di dunia kerja. Dengan kerjasama yang telah terjalin dengan berbagai industri sejak tahun 2022, Teguh optimis dapat mencapai target tersebut.
Kisah Retnowati adalah cerminan semangat pantang menyerah dan tekad untuk meraih mimpi, apapun rintangannya. Ia adalah bukti bahwa disabilitas bukanlah penghalang untuk berkarya dan memberikan kontribusi bagi masyarakat. Semoga kisah inspiratif ini dapat memotivasi banyak orang untuk terus berjuang dan meraih impian mereka.