Strategi Bertahan Hidup: Cara Menghindari Lilitan Maut Ular Piton

Ular piton, sang predator dengan julukan "raja lilit," dikenal karena teknik berburu yang khas dan mematikan. Tidak seperti ular berbisa yang melumpuhkan korban dengan racun, piton mengandalkan kekuatan lilitan untuk menaklukkan mangsanya. Bagaimana cara menyelamatkan diri jika menjadi target ular piton?

Dokter hewan dari Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr. Boedi Setiawan MP drh, atau akrab disapa Cak Boeseth, menekankan pentingnya penggunaan senjata tajam sebagai upaya pertahanan diri. "Senjata tajam dapat melukai ular piton, melemahkan lilitannya, dan memberi kesempatan untuk melarikan diri," ujarnya.

Setelah berhasil melepaskan diri dari lilitan ular, sangat disarankan untuk segera mencari pertolongan medis di rumah sakit atau puskesmas terdekat. Cak Boeseth juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan saat berada di alam terbuka. Ia menyarankan untuk tidak menjelajah hutan seorang diri dan selalu membawa perlengkapan keselamatan seperti topi, kotak P3K, dan senjata tajam.

"Selalu perhatikan lingkungan sekitar," imbuhnya.

Cak Boeseth menjelaskan bahwa piton menggunakan lilitan untuk membunuh dan meremukkan tulang mangsanya sebelum menelannya. Senada dengan hal tersebut, pakar herpetofauna Universitas Brawijaya (UB), Nia Kurniawan, menjelaskan bahwa piton melilit tubuh mangsanya hingga kehabisan napas dan jantungnya berhenti berdetak. Piton akan memangsa mangsanya dari bagian kepala terlebih dahulu.

"Karena tubuhnya besar, piton tidak bisa mengejar mangsa. Mereka menggunakan trik berburu dengan bersembunyi di tempat tinggi dan menjatuhkan diri ke atas mangsa, kemudian melilitnya," jelas Kurniawan.

Walaupun tidak memiliki bisa, piton memiliki banyak gigi kecil (sekitar 15 hingga 20) yang mengarah ke dalam mulut. Jumlah gigi ini lebih banyak dari pada ular jenis lainnya. Rahang dan kulit ular piton sangat elastis dan dapat meregang hingga dua atau tiga kali lipat dari ukuran tubuhnya saat menelan mangsa yang besar. Selain itu, piton memiliki organ Jacobson atau organ vomeronasal yang berfungsi untuk mendeteksi bau dan feromon mangsanya.

"Piton secara tidak langsung dapat 'menghitung kalori' mangsanya dengan mendeteksi panas tubuh," kata Kurniawan.

Setelah makan, piton akan berpuasa selama sekitar satu bulan sambil mencari tempat yang hangat dan kering. Mangsa favorit mereka adalah hewan berukuran besar seperti anjing, babi hutan, dan sapi, yang ukurannya bisa sepuluh kali lipat lebih besar dari tubuh piton. Hewan pengerat seperti tikus dan katak bukanlah menu utama piton.

Namun, manusia bisa menjadi target piton jika ular tersebut sangat lapar dan kesulitan menemukan mangsa lain. Situasi ini seringkali disebabkan oleh kerusakan habitat alami piton, yang memaksa mereka untuk mencari makan di area pemukiman yang lebih kering dan hangat.

"Kerusakan habitat menyebabkan berkurangnya populasi hewan yang menjadi mangsa piton," pungkas Kurniawan.

Jika menemukan ular piton di dalam rumah, Kurniawan menyarankan untuk tidak membunuhnya. Ia menyarankan masyarakat untuk menghubungi petugas berwenang agar ular tersebut dapat dikembalikan ke habitat aslinya.

"Membunuh piton dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan memicu peningkatan populasi hewan lain seperti anjing, tikus, dan babi hutan," tutupnya.