Eskalasi Perang Dagang AS-China: Dampak Global dan Peluang Bagi Indonesia

Ketegangan AS-China Meningkat: Tarif Impor Jadi Senjata Utama

Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas dengan eskalasi tarif impor. AS, di bawah kepemimpinan Presiden Trump, telah meningkatkan tarif impor barang-barang China hingga mencapai 245 persen. Langkah ini merupakan respons terhadap tindakan balasan yang sebelumnya dilakukan oleh Beijing, termasuk boikot terhadap produk pesawat Boeing.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa perang dagang ini dipicu oleh AS dan menekankan bahwa tindakan balasan China bertujuan untuk melindungi kepentingan nasionalnya. Lin juga menegaskan bahwa penyelesaian hanya mungkin tercapai jika AS menghentikan tekanan dan membuka ruang dialog yang setara dan saling menghormati. Saling balas tindakan ini telah menjadi ciri khas hubungan dagang kedua negara sejak Trump kembali menjabat.

Dampak Global dan Peluang Bagi Indonesia

Eskalasi perang dagang ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap perekonomian global. Pasar keuangan dunia mengalami gejolak, dan UNCTAD telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global akibat perang tarif ini. Namun, di tengah ketidakpastian ini, Indonesia justru melihat peluang.

Chairman of The Asian Trade, Tourism and Economic Council (ATTEC) Budihardjo Iduansjah berpendapat bahwa perang dagang ini dapat menguntungkan Indonesia karena investor melihat potensi Indonesia sebagai tujuan relokasi pabrik. Ia mendorong pemerintah untuk memberikan kebijakan yang memudahkan peralihan pabrik dari luar negeri ke Indonesia, serta memfasilitasi kerja sama antara pabrik-pabrik relokasi dengan industri kecil dan menengah lokal.

Dengan adanya momentum ini, diharapkan Indonesia dapat menarik investasi asing dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.