Longsor Pasir Lumpuhkan Akses Sekolah di Nunukan, Warga Raup Berkah dari Material Longsoran

Hujan deras yang mengguyur wilayah Nunukan, Kalimantan Utara, dalam beberapa hari terakhir telah memicu longsoran pasir yang signifikan. Material longsoran ini menutup akses utama menuju SMAN 1 Nunukan, tepatnya di Jalan Fatahilah, Nunukan Tengah, menciptakan tantangan tersendiri bagi para siswa dan warga sekitar.

Tumpukan pasir setebal kurang lebih 50 cm melapisi jalan aspal, menjadikan jalur tersebut sulit dilalui, terutama bagi pengendara sepeda motor. Akibatnya, pihak sekolah terpaksa mengalihkan jalur siswa melalui jalan belakang sekolah yang kondisinya kurang memadai. Menurut penuturan salah seorang siswi SMAN 1 Nunukan, Mukarochmah Reyna Puspita, kondisi ini sudah sering terjadi setiap kali hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Namun, longsoran kali ini terbilang yang paling parah.

Reyna menambahkan, banyak teman-temannya yang terpeleset akibat jalanan yang licin dan berlumpur. Kondisi ini tentu saja mengganggu aktivitas belajar mengajar dan membahayakan keselamatan para siswa. Longsoran material pasir berasal dari bukit yang merupakan lahan kosong milik Gereja Santo Gabriel. Tumpukan pasir tidak hanya menutup jalan, tetapi juga menghambat aliran air, menyebabkan luapan ke jalan dan memperparah kondisi.

Di tengah kesulitan yang dialami para siswa dan pengguna jalan, longsoran pasir ini justru membawa berkah tersendiri bagi sebagian warga sekitar. Mereka berbondong-bondong mengeruk pasir yang menutupi jalan dan mengumpulkannya di pinggir jalan untuk dijual. Nurdin, salah seorang warga yang ikut mengeruk pasir, mengungkapkan bahwa material tersebut memiliki kualitas yang baik dan layak untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Meskipun sudah bercampur lumpur, pasir tersebut masih bisa dimanfaatkan sebagai tanah uruk.

Nurdin mengaku, setiap selesai hujan, puluhan warga datang untuk mengeruk pasir dan menjualnya. Selain membantu membersihkan jalan, aktivitas ini juga memberikan penghasilan tambahan bagi mereka. Bahkan, Nurdin mengaku sudah mengantongi sekitar satu juta rupiah dari hasil penjualan pasir longsoran.

Merespons kondisi tersebut, Bupati Nunukan, Irwan Sabri, langsung turun ke lokasi untuk melihat langsung dampak longsoran pasir. Ia juga mendaki bukit di samping Gereja Santo Gabriel untuk meninjau sumber longsor. Meskipun sudah terdapat beronjong sebagai upaya penahan longsor, ternyata air masih menemukan celah untuk membawa material pasir ke jalan raya.

Irwan Sabri segera berkoordinasi dengan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, seperti Dinas PUPR, BPBD, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Dinas Lingkungan Hidup. Ia menginstruksikan Dinas PUPR Nunukan untuk segera membersihkan pasir menggunakan ekskavator dan memindahkannya ke pinggir jalan. Bupati juga mempersilakan warga untuk mengambil dan menjual pasir tersebut, daripada hanya menjadi tumpukan material yang tidak bermanfaat.

Selain itu, Irwan juga menginstruksikan pembersihan saluran air/gorong-gorong untuk meminimalisir luapan pasir ke jalan raya. Sebagai solusi jangka panjang, ia menekankan perlunya pembangunan beronjong yang lebih kuat untuk menahan longsoran pasir dari bukit. Pembersihan material pasir di jalan dan pembersihan saluran air menjadi prioritas utama dalam penanganan masalah ini.