Eskalasi Perang Dagang: AS Tingkatkan Tarif Impor Produk China Secara Signifikan

Perang Dagang AS-China Kembali Memanas: Washington Naikkan Tarif Impor Secara Drastis

Amerika Serikat mengambil langkah signifikan dalam perang dagang dengan Republik Rakyat Tiongkok dengan menaikkan tarif impor terhadap sejumlah produk asal Negeri Tirai Bambu tersebut. Kenaikan tarif ini diumumkan oleh Presiden AS, sebagai respons terhadap kebijakan tarif balasan yang sebelumnya diterapkan oleh Beijing terhadap barang-barang ekspor AS.

Kebijakan baru ini secara dramatis meningkatkan tarif, mencapai hingga 245% untuk beberapa kategori produk tertentu. Langkah ini menandai babak baru dalam perseteruan ekonomi antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang telah berlangsung selama beberapa waktu.

Sebelum pengumuman kenaikan tarif, pemerintah AS juga mengeluarkan perintah eksekutif yang menginstruksikan Menteri Perdagangan untuk melakukan investigasi mendalam terkait ketergantungan Amerika Serikat pada impor mineral-mineral penting. Investigasi ini didasarkan pada Pasal 232 dari Trade Expansion Act tahun 1962, sebuah regulasi yang memungkinkan pemerintah untuk menyelidiki dampak impor terhadap keamanan nasional.

Meski tidak secara eksplisit menyebutkan nama Tiongkok, AS sangat bergantung pada negara tersebut untuk pasokan mineral-mineral strategis. Tiongkok merupakan produsen utama bagi mayoritas mineral yang diklasifikasikan sebagai 'kritis' oleh badan survei geologi AS (USGS).

Sebagai tanggapan awal terhadap tindakan AS, Kementerian Perdagangan Tiongkok sebelumnya telah mengumumkan pembatasan ekspor terhadap tujuh elemen tanah jarang (rare earth elements), serta produk-produk magnet penting yang digunakan dalam berbagai industri vital, termasuk pertahanan, otomotif, dan energi.

Berikut adalah beberapa produk yang terkena dampak signifikan dari kenaikan tarif impor AS:

  • Jarum suntik dan alat suntik: Tarif mencapai 245%.
  • Baterai lithium-ion: Tarif mencapai 175%.
  • Cumi-cumi: Tarif mencapai 170%.
  • Sweter wol: Tarif mencapai 169%.

Pihak Gedung Putih menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri AS dan merespons kebijakan perdagangan yang dianggap agresif oleh Tiongkok.

Respons Tiongkok: Ketegasan dan Kesiapan Menghadapi Perang Dagang

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menanggapi kebijakan AS dengan menyatakan bahwa perang dagang ini diinisiasi oleh Washington. Ia menegaskan bahwa tindakan balasan yang diambil oleh Beijing semata-mata bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional Tiongkok. Lin Jian juga menekankan bahwa Tiongkok tidak menginginkan perang dagang, tetapi juga tidak takut menghadapinya.

Lin menambahkan bahwa penyelesaian sengketa ini hanya dapat dicapai jika AS menghentikan tekanan ekstrem dan bersedia untuk terlibat dalam dialog yang setara dan saling menghormati. Tiongkok menyerukan kepada AS untuk menghindari ancaman dan pemerasan, dan untuk membuka ruang negosiasi yang konstruktif berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.

Ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini terus berlanjut, dan dampak jangka panjang dari perang dagang ini masih belum dapat dipastikan. Namun satu hal yang jelas, eskalasi tarif ini akan berdampak signifikan pada rantai pasokan global dan harga barang-barang konsumen di seluruh dunia.