Dampak Penggunaan Gawai Berlebihan pada Perilaku Sosial Anak Usia Dini
Anak-anak usia 1-3 tahun yang terlalu sering terpapar gawai berisiko mengalami gangguan perilaku sosial yang menyerupai gejala autisme. Fenomena ini, dikenal sebagai autisme virtual, pertama kali diidentifikasi dalam literatur medis dan menjadi perhatian para ahli tumbuh kembang anak.
Menurut penelitian terbaru, pola perilaku yang muncul meliputi:
- Gangguan dalam komunikasi sosial
- Perilaku repetitif yang tidak lazim
- Respons terbatas terhadap interaksi manusia
Meski gejalanya mirip dengan gangguan spektrum autisme (GSA), autisme virtual memiliki karakteristik berbeda. Yang membedakan adalah respons positif yang cepat ketika paparan gawai dikurangi. Anak-anak biasanya menunjukkan peningkatan signifikan dalam:
- Kontak mata selama interaksi
- Ekspresi wajah yang lebih hidup
- Kemampuan merespons panggilan
Perbedaan mendasar antara kedua kondisi ini terletak pada faktor penyebab dan respons terhadap terapi. Pada kasus autisme sejati, faktor genetik memegang peran utama dengan risiko meningkat hingga sembilan kali lipat jika ada riwayat keluarga. Sementara autisme virtual lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa stimulasi digital berlebihan yang menggantikan interaksi sosial nyata.
Para ahli menekankan bahwa permainan digital seringkali memenuhi kebutuhan anak autis akan rutinitas dan repetisi, sementara pada anak dengan autisme virtual, gawai justru menjadi penghambat perkembangan kemampuan sosial dasar. Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan waktu layar secara bertahap dapat membantu memulihkan keterampilan komunikasi yang tertunda.