Nelayan Tewas dan Luka-Luka Akibat Serangan Ikan Marlin di Perairan Indonesia

Nelayan di Jawa Timur mengalami luka serius akibat serangan ikan marlin saat sedang menyelam di laut. Kejadian ini menambah daftar korban yang menjadi sasaran ikan predator berkecepatan tinggi tersebut.

Seorang nelayan asal Pamekasan, Jawa Timur, mengalami luka parah di bagian telinga setelah diserang oleh ikan marlin pada Minggu (13/4/2025). Moncong ikan yang tajam menancap di telinga korban, mengharuskan dirinya dilarikan ke rumah sakit di Surabaya untuk penanganan lebih lanjut. Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada Oktober 2022, seorang nelayan di Situbondo tewas setelah moncong ikan marlin menembus lehernya saat ia berusaha melepaskan ikan tersebut dari pancingnya.

Ikan marlin dikenal sebagai salah satu ikan tercepat di lautan, mampu berenang dengan kecepatan mencapai 105 km/jam. Ciri khas ikan ini adalah moncongnya yang panjang dan tajam, serta tubuhnya yang memiliki dua warna berbeda—gelap di bagian atas dan perak di bagian bawah. Ikan ini termasuk dalam kelompok ikan pelagis yang hidup di perairan terbuka dan dikenal sebagai predator agresif.

Menurut peneliti kelautan, ikan marlin menggunakan moncongnya sebagai alat pertahanan dan untuk memburu mangsa. "Moncongnya yang runcing berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dengan cepat," jelas seorang peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Ikan ini dapat ditemukan di hampir seluruh perairan dunia, termasuk Indonesia, dan sering kali menjadi ancaman bagi nelayan yang tidak waspada.

Untuk mengurangi risiko serangan, nelayan disarankan untuk memegang moncong ikan marlin terlebih dahulu jika berhasil menangkapnya. Langkah ini dapat meminimalkan kemungkinan terkena gigitan atau tusukan moncong yang berbahaya. Meskipun demikian, penanganan ikan marlin tetap memerlukan kehati-hatian ekstra, terutama bagi nelayan tradisional yang tidak dilengkapi dengan alat perlindungan khusus.