Fenomena Radikalisme Gender dan Ancaman Ideologi Incel terhadap Perkembangan Remaja

Fenomena radikalisme gender kini menjadi ancaman serius bagi perkembangan psikologis remaja, khususnya laki-laki. Ideologi ekstrem ini tidak hanya mempromosikan maskulinitas toksik tetapi juga menyebarkan pandangan misoginis yang berbahaya. Kasus terbaru yang diangkat dalam serial Adolescence menunjukkan bagaimana paparan konten radikal dapat mendorong remaja melakukan tindakan kekerasan ekstrem.

Menurut para ahli, remaja laki-laki usia 12-15 tahun berada dalam fase rentan dimana mereka:

  • Sedang membentuk identitas diri
  • Mudah terpengaruh figur yang dianggap 'keren'
  • Memiliki perkembangan korteks prefrontal yang belum matang
  • Cenderung mengeksplorasi nilai-nilai melalui media sosial

Dr. Lydia Agnes Gultom, psikolog klinis anak dan remaja, menjelaskan bahwa media sosial menjadi pintu masuk utama penyebaran ideologi berbahaya seperti incel (involuntary celibate). Kelompok ini meyakini bahwa:

  1. Perempuan bertanggung jawab atas kegagalan hubungan mereka
  2. Laki-laki berhak atas hubungan seksual
  3. Masyarakat telah melakukan ketidakadilan terhadap mereka

Yang lebih mengkhawatirkan, pemaparan terus-menerus terhadap konten ini dapat mengubah persepsi dan perilaku remaja terhadap perempuan. Alih-alih mengembangkan potensi diri, mereka justru diajarkan untuk menyalahkan pihak lain atas masalah yang dihadapi.

Peran orangtua dinilai krusial dalam mencegah paparan ideologi berbahaya ini. Menciptakan lingkungan yang aman untuk berdiskusi menjadi strategi efektif untuk membentengi remaja dari pengaruh negatif media sosial. Para ahli juga menekankan pentingnya pendidikan kesehatan mental dan pemahaman gender yang sehat sejak dini.