Dampak Konsumsi Gula Berlebihan: Dari Kerusakan Gigi Hingga Ancaman Meningitis

Konsumsi minuman manis secara berlebihan tidak hanya berdampak pada risiko obesitas dan diabetes, tetapi juga dapat memicu infeksi serius seperti meningitis melalui kerusakan gigi. Dokter Satrio Bhuwono Prakoso, spesialis anak dari RS Palang Merah Indonesia (PMI) Bogor, memperingatkan bahwa kebiasaan mengonsumsi gula tinggi tanpa perawatan gigi yang memadai dapat menjadi pintu masuk bakteri ke dalam tubuh.

Menurut penjelasannya, gigi berlubang akibat erosi email gigi oleh bakteri plak dapat menjadi jalur bagi mikroorganisme untuk memasuki aliran darah. Bakteri seperti Streptococcus mutans yang umum ditemukan pada karies gigi mampu menembus sawar darah-otak (blood-brain barrier), memicu peradangan pada meninges atau selaput otak. Kondisi ini dikenal sebagai meningitis bakterial, yang berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.

Gejala meningitis yang perlu diwaspadai meliputi: - Demam tinggi yang muncul tiba-tiba - Nyeri kepala intens disertai leher kaku - Mual dan muntah tanpa sebab jelas - Sensitivitas berlebihan terhadap cahaya (photophobia) - Penurunan kesadaran atau kebingungan

Risiko kesehatan tidak berhenti pada otak. Infeksi dari rongga mulut dapat menyebar ke organ lain seperti: 1. Telinga: Menyebabkan otitis media (congek) 2. Jantung: Memicu endokarditis infektif 3. Paru-paru: Menyebabkan abses paru

Langkah pencegahan yang efektif: - Pola makan: Membatasi asupan gula tambahan maksimal 10% total kalori harian - Kebersihan mulut: - Menyikat gigi minimal 2x sehari menggunakan pasta berfluoride - Pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan - Edukasi dini: Membiasakan anak mengonsumsi air putih atau susu rendah gula sebagai pengganti minuman manis

Dr. Intan Widayati dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menekankan pentingnya perubahan pola konsumsi masyarakat, khususnya dalam menghindari penggunaan kental manis sebagai pengganti susu. "Edukasi nutrisi dan kesehatan gigi harus dimulai sejak usia dini untuk mencegah komplikasi jangka panjang," tegasnya.