Pelabuhan Kendal yang Terbengkalai: Dari Pusat Logistik Jadi Destinasi Mancing Warga

KENDAL — Pelabuhan Kendal, yang semula dibangun dengan anggaran mencapai Rp567 miliar untuk mendongkrak perekonomian regional, kini justru berubah fungsi menjadi lokasi rekreasi warga. Fasilitas yang terletak di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, ini nyaris tak lagi menampakkan aktivitas bongkar muat, melainkan dipadati pengunjung yang memanfaatkannya untuk memancing atau sekadar menikmati pemandangan senja.

Sejak Oktober 2024, pelabuhan ini mengalami penurunan signifikan dalam operasionalnya. Kunjungan ke lokasi pada pertengahan April 2025 memperlihatkan suasana yang jauh dari hiruk-pikuk aktivitas pelabuhan. Alih-alih kapal bersandar, yang terlihat hanyalah puluhan warga asyik mengail ikan di tepian dermaga. Beberapa bus terparkir di area pelabuhan, sementara suara obrolan pekerja dari Kawasan Industri Kendal yang berdekatan menjadi satu-satunya kebisingan yang terdengar.

Kondisi fisik pelabuhan juga mencerminkan ketidakberdayaan proyek ambisius ini. Berikut beberapa fakta yang terungkap:

  • Lahan tak terurus: Taman dan area terbuka dipenuhi ranting kering serta sampah yang tidak dibersihkan.
  • Gedung perkantoran kosong: Sebagian besar ruangan tidak lagi digunakan akibat minimnya aktivitas kapal.
  • Pendangkalan parah: Kapal penumpang KMP Kalibodri tidak dapat bersandar karena dasar laut yang semakin dangkal.

Eko Sulis, salah satu petugas Sahbandar yang masih bertugas di lokasi, mengonfirmasi bahwa operasional kapal sudah sepenuhnya terhenti sejak awal 2025. "Tahun lalu masih ada aktivitas, tapi sekarang benar-benar mati," ujarnya. Sobirin, penjaga pintu masuk, menambahkan bahwa pengunjung kini didominasi oleh pemancing dan pasangan muda yang ingin menikmati suasana pantai.

Padahal, pelabuhan ini awalnya dirancang sebagai penggerak ekonomi regional, khususnya untuk mendukung Kawasan Industri Kendal dan sekitarnya. Dibuka pada 2016 dengan luas 63 hektar, pelabuhan ini memiliki dermaga multipurpose sepanjang 218 meter yang diresmikan tiga tahun kemudian. Namun, masalah teknis seperti pendangkalan yang tidak kunjung tertangani membuat proyek ini mandek. Kapal rute Kendal-Kumai pun terpaksa berhenti beroperasi.

Sementara pemerintah belum memberikan solusi konkret, warga setempat justru menemukan manfaat lain dari pelabuhan ini. Bagi mereka, tempat ini telah menjadi ruang publik yang menyenangkan—meski jauh dari fungsi awalnya sebagai pusat logistik.