Demam Emas Antam: Antrean Panjang di Tengah Minat Investasi yang Meningkat

Jakarta - Geliat investasi emas kembali menunjukkan tren positif seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap Emas Antam di sejumlah butik logam mulia. Pada Senin (14/4/2025), puluhan pembeli telah berjubel di depan Butik Emas Logam Mulia Antam di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, sejak pagi buta. Antrean panjang terlihat sebelum pintu butik dibuka pukul 08.30 WIB, mencerminkan tingginya animo masyarakat terhadap instrumen investasi yang satu ini.

Beragam kalangan terlihat memadati lokasi, mulai dari generasi tua hingga milenial. Salah satu pembeli, Yanti (50), mengungkapkan bahwa fenomena ini tidak hanya didominasi oleh ibu-ibu seperti dirinya, tetapi juga anak muda yang semakin melek investasi. "Mereka sangat responsif terhadap fluktuasi harga. Begitu tahu harga emas naik, langsung beramai-ramai datang," tuturnya. Hal serupa diakui oleh Meri (28), seorang investor muda yang telah memantau pergerakan harga emas sejak akhir 2024. "Saya sengaja datang hari ini karena tren harganya terus melambung. Ini investasi jangka panjang saya," jelasnya.

Namun, antusiasme pembeli terkendala oleh stok yang terbatas. Kebijakan pembelian maksimal 2 keping emas per orang—baik reguler maupun gift series—menjadi penyebab banyak pembeli pulang dengan tangan hampa. "Stok habis cepat. Yang tersisa hanya seri gift dengan harga lebih tinggi," keluh Meri. Situasi serupa terjadi di Butik Emas Antam Pulogadung, Jakarta Timur, di mana Jihan (22) harus gigit jari setelah gagal mendapatkan nomor antrean. "Saya datang pukul 07.30 WIB, tapi kuota sudah penuh. Hanya 200 orang yang dilayani," ujarnya kecewa. Meski demikian, Jihan mengaku tetap konsisten berinvestasi emas secara berkala. "Tiap bulan saya sisihkan uang untuk beli emas, meski cuma 1 gram," tambahnya.

Berikut beberapa faktor yang memicu tingginya permintaan Emas Antam: - Kenaikan harga emas global yang mendorong minat investasi. - Kesadaran finansial generasi muda terhadap instrumen logam mulia. - Kebijakan pembelian terbatas yang memicu persaingan antarpembeli. - Fleksibilitas investasi, seperti kemudahan mencicil dalam gram kecil.