China Serukan AS Cabut Kebijakan Tarif dan Kembali ke Jalur Diplomasi Perdagangan
Beijing – Pemerintah China melalui Kementerian Perdagangannya secara resmi mendesak Amerika Serikat untuk mencabut seluruh kebijakan tarif resiprokal yang dinilai sebagai langkah tidak adil dalam hubungan dagang kedua negara. Desakan ini disampaikan menyusul pengumuman terbaru Gedung Putih mengenai penyesuaian tarif impor terhadap produk-produk asal China.
Dalam pernyataan resminya, Kementerian Perdagangan China menegaskan, "AS harus segera mengoreksi kebijakan yang keliru ini dan kembali ke prinsip perdagangan yang saling menguntungkan serta menghormati kesepakatan internasional." Pernyataan tersebut merupakan respons atas keputusan AS yang menaikkan tarif impor produk China menjadi 145%, meskipun sebelumnya sempat mengumumkan jeda tarif selama 90 hari untuk beberapa komoditas.
Perkembangan Terkini Kebijakan Tarif AS
- Pengecualian Sementara: Pemerintah AS melalui Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan bahwa pengecualian tarif untuk produk elektronik tertentu, termasuk smartphone dan semikonduktor, bersifat sementara. Rencana tarif baru akan diterapkan melalui kebijakan terpisah.
- Respons Trump: Presiden Donald Trump membantah adanya pengecualian permanen melalui unggahan di media sosial. Ia menegaskan bahwa produk-produk tersebut akan dimasukkan ke dalam "kelompok tarif berbeda" yang terkait dengan investigasi keamanan nasional.
China menilai langkah AS tersebut sebagai "tindakan kecil" yang belum menyelesaikan akar masalah. Pemerintah Beijing saat ini masih mengevaluasi dampak kebijakan tarif AS terhadap industri domestiknya. Sementara itu, ketidakpastian kebijakan AS telah memicu gejolak di pasar global, termasuk kekhawatiran atas perlambatan perdagangan internasional.
Eskalasi Perang Dagang
- Tarif Balasan China: Sebagai bentuk pembalasan, China telah menaikkan tarif impor produk AS secara bertahap, dari 34% menjadi 125%, yang berlaku sejak 12 April 2025.
- Pernyataan Tegas China: Kementerian Perdagangan China menyatakan kesiapan untuk "berjuang sampai akhir" jika AS terus memicu ketegangan perdagangan.
Di sisi lain, Gedung Putih tetap bersikukuh bahwa kebijakan tarif merupakan bagian dari strategi negosiasi untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih adil bagi AS. Trump berargumen bahwa langkah ini akan membawa kembali lapangan kerja dan investasi manufaktur ke dalam negeri. Namun, kritikus memperingatkan bahwa kebijakan proteksionis berisiko memperburuk stabilitas ekonomi global.