Ketetapan Ilahi dalam Peredaran Langit: Tafsir Surat Yasin Ayat 40 tentang Matahari, Bulan, Siang, dan Malam
Ketetapan Ilahi dalam Peredaran Langit: Tafsir Surat Yasin Ayat 40
Surat Yasin, jantung Al-Qur'an sebagaimana disebut Rasulullah SAW, menyimpan beragam keajaiban firman Allah SWT. Salah satu ayat yang menarik perhatian adalah ayat ke-40, yang secara gamblang menjelaskan tentang peredaran matahari dan bulan, serta keteraturan siang dan malam. Ayat ini bukan sekadar deskripsi astronomi, melainkan penggambaran kekuasaan dan ketetapan ilahi dalam mengatur alam semesta.
Ayat 40 Surat Yasin, dengan redaksi Arab: لَا ٱلشَّمْسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدْرِكَ ٱلْقَمَرَ وَلَا ٱلَّيْلُ سَابِقُ ٱلنَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
(La asy-syamsu yanbagī lahā an tudrika al-qamara wa la al-lailu sābiqu an-nahār, wa kullun fī falakin yasbaḥūn), sering ditafsirkan sebagai penegasan atas hukum alam yang telah Allah tetapkan. Terjemahannya berbunyi: "Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya."
Beberapa tafsir memberikan penjelasan yang mendalam. Tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab, misalnya, menekankan pada ketetapan Allah SWT dalam mengatur peredaran matahari dan bulan. Matahari tidak akan pernah mampu 'mengejar' atau 'mendapatkan' bulan, begitu pula malam tidak akan pernah mendahului siang. Keduanya, beserta seluruh benda langit lainnya, bergerak pada orbit atau garis edarnya masing-masing dengan keselarasan yang sempurna.
Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka menambahkan perspektif yang menarik. Beliau menjelaskan bahwa perbedaan antara siklus peredaran matahari (365 hari) dan bulan (354 hari) menunjukkan kekuasaan Allah dalam mengatur waktu. Tidak ada yang dapat mengubah atau mempercepat siklus tersebut. Pernyataan "Dan malam pun tidak dapat mendahului siang" diartikan sebagai penegasan bahwa siang selalu datang sebelum malam, menunjukkan lagi kepastian dan keteraturan ciptaan Allah.
Ayat ini bukan hanya menjelaskan fenomena alam semesta secara ilmiah, namun lebih menekankan pada kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Keteraturan peredaran matahari, bulan, siang, dan malam, merupakan bukti nyata kebijaksanaan dan perencanaan Allah SWT yang sempurna. Setiap benda langit beredar pada garis edarnya dengan tepat dan terukur, sebuah sistem yang harmonis dan tak terbantahkan. Pemahaman terhadap Surat Yasin ayat 40 membawa kita pada kesadaran akan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah dalam menciptakan dan menata alam semesta.
Lebih dari itu, ayat ini juga mengundang kita untuk merenungkan betapa kecilnya manusia di hadapan kebesaran Allah. Ketepatan dan keteraturan alam semesta menunjukkan betapa detailnya perencanaan Allah, sehingga patut bagi kita untuk selalu bersyukur dan bertaqwa kepada-Nya.
Kesimpulan: Surat Yasin ayat 40 bukan hanya ayat yang menjelaskan fenomena alam, tetapi juga merupakan penggambaran kekuasaan, ketetapan, dan kebijaksanaan Allah SWT dalam menciptakan dan menata alam semesta dengan kesempurnaan yang tak terbantahkan.