Fenomena Antrean Panjang Pembeli Emas Antam: Investasi atau Gaya Hidup?

Jakarta - Antrean panjang terlihat di Butik Emas Logam Mulia (LM) Antam, Pulogadung, Jakarta Timur, sejak dini hari. Puluhan warga dari berbagai daerah rela menunggu berjam-jam demi mendapatkan kesempatan membeli emas batangan. Fenomena ini bukan kali pertama terjadi, melainkan telah menjadi pemandangan rutin di tengah tingginya minat masyarakat terhadap investasi emas.

Salah satu pengantre, Jihan (22), mengungkapkan bahwa dirinya telah menjadikan emas sebagai instrumen investasi utama. "Setiap bulan saya selalu menyisihkan dana untuk membeli emas, meskipun hanya satu gram. Ini untuk jangka panjang," tuturnya. Sayangnya, upaya Jihan pada hari itu gagal karena datang terlambat dan kuota pembelian telah habis. Pembatasan kuota hanya 200 orang per hari menjadi salah satu penyebab sulitnya mendapatkan emas Antam.

Tak jauh berbeda, Emi Tarigan (64) juga telah menjadi pembeli rutin sejak awal tahun. "Saya beralih dari deposito ke emas karena lebih stabil," jelasnya. Meski sudah datang sejak pukul 04.00 WIB, Emi tetap tidak berhasil mendapatkan emas yang diinginkan. Pengalamannya ini bukan yang pertama; sebelumnya ia juga pernah gagal mendapatkan antrean pada kunjungan Sabtu lalu.

Berikut beberapa faktor yang mendorong tingginya minat masyarakat terhadap emas Antam: - Stabilitas harga yang cenderung naik dalam jangka panjang. - Likuiditas tinggi, mudah dijual kembali saat dibutuhkan. - Pembatasan kuota oleh Antam yang menciptakan kesan eksklusif. - Trend investasi di kalangan milenial dan generasi muda.

Meski demikian, antusiasme masyarakat seringkali tidak sebanding dengan ketersediaan stok, sehingga banyak yang pulang dengan tangan hampa. Kondisi ini memunculkan pertanyaan: apakah emas masih menjadi instrumen investasi ideal atau sekadar tren sesaat?