Eskalasi Konflik Udara: Rusia Klaim Tembak Jatuh Pesawat F-16 Ukraina dalam Pertempuran Terkini
Moskow melaporkan keberhasilan sistem pertahanan udaranya dalam menembak jatuh pesawat tempur F-16 milik Ukraina yang diproduksi Amerika Serikat. Insiden ini terjadi di tengah intensifikasi pertempuran udara antara kedua negara, dengan Rusia juga mengklaim telah menetralisir lebih dari 200 drone dalam operasi 24 jam terakhir.
Ini merupakan pengakuan resmi pertama dari pihak Kementerian Pertahanan Rusia mengenai penghancuran pesawat tempur generasi keempat tersebut sejak negara-negara Barat mulai mengirimkan bantuan militer berupa jet tempur ke Ukraina pada pertengahan tahun lalu. "Sebuah pesawat F-16 milik Angkatan Udara Ukraina berhasil dijatuhkan oleh sistem pertahanan udara kami," demikian bunyi pernyataan resmi yang dikutip dari media pemerintah Rusia.
Menurut laporan lebih lanjut, selain pesawat tempur, Rusia juga mengklaim telah menghancurkan: - 8 bom udara berpandu JDAM - 7 rudal sistem HIMARS - 207 unit drone jenis fixed-wing
Di sisi lain, Angkatan Udara Ukraina sebelumnya telah melaporkan kehilangan salah satu pesawat F-16 mereka. Sebuah tim investigasi khusus telah dibentuk untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Presiden Volodymyr Zelensky kemudian mengonfirmasi tewasnya salah satu pilot mereka, Pavel Ivanov, dalam insiden ini dan menjanjikan tindakan balasan yang tepat sasaran.
Sumber militer Ukraina yang tidak disebutkan namanya menyebutkan bahwa pesawat tersebut ditembak oleh tiga rudal, diduga berasal dari sistem S-400 atau rudal udara-ke-udara R-37. Insiden ini menandai kasus kedua jatuhnya pesawat F-16 Ukraina yang dikonfirmasi secara publik, setelah sebelumnya terjadi insiden serupa pada Agustus tahun lalu yang penyebabnya belum pernah diungkap secara resmi.
Statistik terbaru yang dirilis media Rusia menunjukkan bahwa sejak dimulainya konflik, pasukan Moskow mengklaim telah menghancurkan: - 661 pesawat tempur - 281 helikopter - 51.335 unit drone - 601 sistem pertahanan udara - 22.817 kendaraan lapis baja
Klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen dan cenderung berbeda dengan laporan yang dikeluarkan oleh pihak Ukraina maupun pengamat militer internasional.