Sektor Tekstil Nasional Menghadapi Tantangan Besar, Kolaborasi Jadi Kunci Kebangkitan

Sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tengah menghadapi tekanan berat akibat berbagai tantangan struktural. Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, menegaskan perlunya langkah-langkah strategis untuk mengatasi krisis yang mengancam industri padat karya ini. Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Silaturahmi dan Halalbihalal bersama Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Surakarta, Jawa Tengah.

Ebenezer mengidentifikasi sejumlah masalah krusial yang menghambat perkembangan industri tekstil nasional:

  • Ketergantungan tinggi pada impor bahan baku yang mengurangi daya saing produk lokal
  • Biaya produksi yang terus meningkat akibat kenaikan harga energi dan bahan pendukung
  • Rendahnya alokasi investasi untuk riset dan pengembangan produk
  • Kesenjangan kompetensi tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri modern
  • Persaingan ketat dengan produk impor yang memiliki harga lebih kompetitif

Meskipun demikian, Wakil Menteri menyoroti potensi besar sektor ini jika terjadi sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan institusi pendidikan. "Target pertumbuhan 8% dalam lima tahun kedepan masih mungkin dicapai melalui kebijakan yang terintegrasi," ujarnya. Langkah konkret yang sedang diupayakan termasuk program pelatihan ulang bagi pekerja serta penguatan jaminan sosial seperti Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

Acara yang berlangsung di Surakarta ini juga menjadi ajang konsolidasi antara pemerintah dengan asosiasi tekstil regional. Kolaborasi multipihak dinilai penting untuk menciptakan ekosistem industri yang lebih tangguh dan berkelanjutan.