SBY Tegaskan Prinsip Kehati-hatian dalam Berekspresi di Media Sosial Sebagai Mantan Kepala Negara
Jakarta – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden keenam Republik Indonesia, menekankan pentingnya sikap bijaksana dalam menyampaikan pandangan politik melalui platform digital. Mantan pemimpin negara ini mengungkapkan bahwa dirinya selalu mempertimbangkan etika dan tanggung jawab ketika hendak mengungkapkan pendapat terkait kebijakan pemerintah, terutama melalui media sosial seperti Twitter.
Dalam suatu kesempatan diskusi panel mengenai perkembangan global di Jakarta, SBY mengisahkan pengalamannya merespons pengumuman tarif impor oleh mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Indonesia. Alih-alih langsung menanggapi melalui cuitan, ia lebih memilih merumuskan tujuh poin analisis mendalam yang sempat tidak dipublikasikan. "Sebagai mantan presiden, saya memiliki kewajiban moral untuk tidak gegabah dalam berkomentar. Setiap kata harus diukur dampaknya," tegasnya.
Berikut prinsip yang dipegang SBY dalam menyikapi isu-isu strategis: - Pertimbangan matang sebelum berpendapat - Koordinasi dengan tim ahli untuk memastikan akurasi - Kesesuaian dengan etika kepemimpinan nasional - Dukungan konstruktif terhadap kebijakan pemerintah
Dua hari setelah pemerintah Indonesia mengumumkan respons resmi terhadap kebijakan Trump, SBY akhirnya memutuskan untuk menyampaikan dukungan terbatas melalui Twitter. "Saya lega karena 80% kebijakan pemerintah sejalan dengan pemikiran saya. Dalam situasi seperti ini, dukungan selektif lebih bernilai daripada kritik yang tidak produktif," ujarnya.
SBY juga mengingatkan pentingnya kesadaran akan posisi Indonesia dalam percaturan global. Menurutnya, reaksi berlebihan tanpa pertimbangan matang justru dapat merugikan kepentingan nasional. "Kita perlu memahami kapasitas riil bangsa ini. Bukan tentang takut, tapi tentang strategi yang tepat guna," tandas mantan Panglima TNI ini.