Grebeg Gethuk: Simbol Budaya dan Sejarah Kota Magelang yang Kian Mengakar

Magelang – Perayaan Hari Ulang Tahun ke-1.119 Kota Magelang diwarnai dengan tradisi unik, Grebeg Gethuk, yang telah menjadi ikon budaya setempat. Acara yang digelar di Alun-alun Magelang ini tak hanya memamerkan kekayaan kuliner, tetapi juga menyuguhkan pertunjukan seni yang memukau, seperti sendratari kolosal Babar Mahardika. Tradisi ini semakin memperkuat identitas Magelang sebagai kota yang kaya akan warisan sejarah dan budaya.

Grebeg Gethuk, yang sempat terhenti selama pandemi Covid-19 pada 2020-2023, kembali digelar dengan antusiasme tinggi dari masyarakat. Prosesi puncak acara, yaitu perebutan gunungan gethuk, selalu menjadi momen yang dinanti. Tahun ini, dua gunungan berbentuk lingga dan yoni—simbol kesuburan—menjadi pusat perhatian. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang menggunakan konsep sedulur papat lima pancer, penyelenggara memilih pendekatan baru untuk mengurangi kerumunan pengunjung.

Selain Grebeg Gethuk, rangkaian acara juga mencakup: - Gethuk Expo, pameran produk olahan singkong yang menampilkan kreativitas lokal. - Kirab budaya yang melibatkan ratusan pelajar dan seniman, mengarak 17 gunungan berisi sayuran. - Pertunjukan sendratari Babar Mahardika yang mengisahkan sejarah Magelang sebagai tanah perdikan atau wilayah bebas pajak di masa lalu.

Seorang turis asal Belgia, Ben (43), mengungkapkan kekagumannya terhadap pertunjukan tradisional tersebut. "Saya terpesona dengan gerakan tangan, ekspresi wajah para penari, dan alunan gamelan. Ini sesuatu yang tidak bisa kami temukan di negara saya," ujarnya.

Sugeng Priyadi, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, menjelaskan bahwa Grebeg Gethuk tidak sekadar acara seremonial, tetapi juga upaya melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya lokal. "Kami ingin masyarakat memahami akar budaya mereka sambil menikmati tradisi yang menyenangkan," katanya.