Masa Depan Grasberg, Tambang Freeport di Papua

PADA April 2023, saya mendapat kesempatan berharga mengunjungi dan melihat dari dekat operasi tambang milik PT Freeport Indonesia, di Grasberg, Timika, Papua. Grasberg berasal dari Bahasa Belanda, yaitu, pegunungan biji (tembaga, emas dan perak).

Menurut data, cadangan emas di Grasberg menyumbang 91 persen terhadap Freeport McmoRRan dan tembaga sebesar 34 persen berkontribusi ke induk. Grasberg adalah wilayah konsensi tambang tembaga dan emas terbesar milik Freeport.

Ini kesempatan langka karena tak semua orang bisa berkesempatan berkunjung ke Grasberg. Hanya tamu yang diundang manajemen Freeport Indonesia saja yang diperbolehkan naik ke Tembagapura dan masuk ke Grasberg.

Tembagapura adalah kota di mana karyawan Freeport bermukim. Kota ini sangat dingin dan indah karena berada tak jauh dari Grasberg dan pegunungan Kartens.

Pegunungan Grasberg memiliki dua tambang raksasa, yaitu, open-pit (tambang dipermukaan tanah) dan underground (tambang bawah tanah).

Ketika ke pertambangan open-pit, kami menyaksikan tak ada lagi aktivitas penambangan. Open-pit tambang yang sudah selesai dieksplorasi dan cadangan emas dan tembaganya habis.

Sekarang pekerjaan Freeport melakukan reklamasi paska-tambang. Rumput-rumput dan pohon-pohonan sudah mulai tumbuh.

Melihat sejarahnya, Freeport telah menghabiskan operasi tambang di dua wilayah konsensi besar, yaitu, tambang Earstberg (1971-1988) dan tambang open-pit di Grasberg (1988-2019).

Tambang Earstberg dan Grasberg masih menggunakan Kontrak Karya yang disepakati pemerintahan Soeharto dengan konsensi sangat luas mencapai 214.000 hektare dan pajak royalti yang kecil.

Tambang underground

Setelah tambang open-pit di Grasberg selesai, sejak tahun 2019, Freeport mulai memproduksi tambaga di tambang underground (tambang bawah tanah). Tambang underground, yakni Grasberg Blok Cave, Deep Mill Level Zone (DMLZ), Deep Mill Level Zone (DMLZ), dan Deep Ore Zone (DOZ).

Ada lagi tambang underground, Kucing Liar yang tak masuk dalam kontrak tahun 2041 dan kemungkinnan baru masuk jika pemerintah memperpanjang lagi sampai tahun 2061.

Menurut pengakuan Direktur Utama Freeport, Tonny Wenas, tambang underground sekarang ini memiliki luas sebesar 600-700 km dan sampai tahun 2041 bisa mencapai 1000 km.

Ini tambang paling canggih, membutuhkan teknologi dan kapasitas sumber daya manusia mumpuni.

Tambang ini sudah dikerjakan sejak tahun 2002, mulai dari pembangunan infrastruktur, terowongan bawah tanah dan train. Total dana investasi yang dikeluarkan untuk membangun tambang underground sebesar 20 miliar dollar AS.

Singkat cerita, tambang underground adalah masa depan Freeport Indonesia. Pendapatan dan profit Freeport ke depan bertumpu pada tambang underground.

Sejak 2021, tambang underground sudah memproduksi di atas 190.000 ton biji per hari. Biji ini mengandung emas, tembaga, dan perak.

Sejak 2023, kapasitas produksi biji Freeport sudah di atas 200.000 ton biji. Dan menjelang tahun 2041, ada fase penurunan.

Jika diperpanjang, di bawah cadangan yang ada sekarang masih ada cadangan 2 miliar ton biji. Jadi potensinya masih sangat panjang.

Per tahun 2022, total cadangan di tambang underground Freeport mencapai 1,5 miliar ton biji. Dalam kandungan biji mengandung biji tembaga dan emas.

Tahun 2022, Freeport sudah memproduksi 1,6 miliar pound tembaga dan emasnya 1,6 juta ons atau 31 gram. Ke depan memang produksi berfluktuasi, tergantung kadar yang ditambang karena tak selalu sama kadarnya ketika ditambang.

https://money.kompas.com/read/2024/09/18/151148826/masa-depan-grasberg-tambang-freeport-di-papua