Berdayakan UMKM, Cara Perkuat Keberlanjutan di Indonesia
21-September-24, 23:39Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Pemerintah perlu memperkuat pemberdayaan kepada pelaku bisnis skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), agar skala ekonomi mereka meningkat dan pada akhirnya dapat mempraktikkan bisnis berkelanjutan.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif The PRAKARSA, Ah Maftuchan. Ia menilai, pemberdayaan UMKM merupakan salah satu solusi agar semakin banyak perusahaan di Indonesia menerapkan komitmen keberlanjutan.
“Pasalnya, mayoritas pelaku bisnis di Indonesia adalah UMKM,” ujar Maftuchan saat dihubungi salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Kamis (29/8/2024).
Lebih lanjut, kata dia, pemerintah perlu mendorong penguatan kolaborasi antara perusahaan besar dan UMKM, agar aspek pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan ekonomi juga menguat.
Selain itu, ia menjelaskan ada beberapa hal yang harus terus diupayakan dan diperbaiki, agar perusahaan di Indonesia dapat berkomitmen dalam keberlanjutan, alih-alih mundur atau mengurangi target mereka.
Upaya dorong komitmen keberlanjutan perusahaan
Pertama, kata dia, kebijakan insentif dan disinsentif untuk praktik bisnis berkelanjutan harus digalakkan oleh pemerintah.
Kemudian, permintaan konsumen terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan sangat penting, untuk memastikan praktik bisnis perusahaan yang berkelanjutan.
“Demand yang tinggi dari konsumen akan memicu perusahaan untuk berubah menjadi entitas yang berkelanjutan,” ujarnya.
Selain itu, hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah menciptakan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan organisasi masyarakat sipil untuk pemajuan praktik bisnis yang berkelanjutan.
“Kolaborasi ini penting agar ada check-balances antar pihak dan memperkuat evidence-based policy baik di pemerintah maupun di perusahaan,” terang dia.
Kemudian, tak kalah penting adalah perlunya mengkampanyekan praktik bisnis berkelanjutan, sebagai bagian dari tanggung-jawab bersama dalam upaya mengatasi krisis iklim.
“Praktik bisnis yang berkelanjutan perlu disosialisasikan secara luas untuk memberikan keyakinan kepada semua pihak, bahwa bisnis yang berkelanjutan merupakan bisnis yang menguntungkan baik secara ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya,” papar Maftuchan.
Kondisi perusahaan di dunia
Sebagai informasi, dilaporkan Harvard Business Review (20/8/2024), belakangan ini beberapa perusahaan besar di dunia telah mundur atau mengurangi komitmen keberlanjutan mereka.
Sejumlah perusahaan tersebut antara lain Nike, Tractor Supply Co., BP, Shell, hingga Crocs.
Beberapa alasannya disebabkan oleh sulitnya mengukur wujud dan angka dampak dari keberlanjutan, target tidak realistis, potensi greenwashing, hingga kurangnya investasi pada ekuitas environmental, social, governance (ESG) dibandingkan dana tradisional.
Kendati demikian, saat ini, Maftuchan optimistis perusahaan-perusahaan besar di Indonesia masih cukup berambisi dalam menerapkan keberlanjutan.
“Berdasarkan pengamatan saya, perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan-perusahaan besar, masih cukup ambisius dalam penerapan prinsip sustainable business yang selaras dengan SDGs dan ESG Principle,” terang Maftuchan.
Hal itu terlihat dari adanya divisi atau tim sustainability di banyak perusahaan dan adanya laporan keberlanjutan (sustainability report) yang dipublikasi secara berkala.
Menurutnya, komitmen formal pemerintah dan desakan publik Indonesia pada isu sustainability yang terus meningkat, menjadi kunci di balik hal tersebut.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik salah satu media nasional sebelumnya, yang dikutip oleh kumpulan berita terkini Jernih Berbagi.