Penerbangan Jadi Sering "Delay", Kemenhub Ungkap Penyebabnya
21-September-24, 23:31Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyoroti banyaknya penerbangan yang mengalami keterlambatan (delay).
Mulai dari penerbangan maskapai Lion Air hingga Garuda Indonesia tak luput mengalami keterlambatan jadwal penerbangan.
Teranyar, keterlambatan penerbangan dialami oleh kloter 4 jemaah haji pada penerbangan Garuda Indonesia dari embarkasi Banjarmasin.
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan, keterlambatan pesawat yang terjadi pada berbagai maskapai disebabkan oleh jumlah pesawat yang beroperasi saat ini terbatas.
Jumlah pesawat yang terbatas ini diakibatkan adanya pengurangan pesawat selama pandemi Covid-19. Seperti diketahui, industri penerbangan menjadi yang paling terdampak saat pandemi karena adanya pembatasan perjalanan di dalam dan luar negeri.
"Supply pesawat memang belum kembali ya khususnya untuk maskapai seperti Garuda Group itu memang secara supply dalam arti jumlah aircraft atau jumlah pesawatnya memang jauh lebih kecil daripada sebelum Covid dan kondisi ini juga belum kembali seperti semula," ujarnya kepada wartawan di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan, jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia berkurang dari semula 600 pesawat menjadi hanya 450 pesawat, sehingga menyebabkan daya jelajah pesawat menjadi rendah.
"Oleh karenanya dalam ratas kemarin juga sudah disampaikan kepada Presiden yang meminta kami untuk maskapai meningkatkan pesawatnya dan bahkan kami ditugaskan untuk mengundang maskapai yang baru untuk melakukan penerbangan," kata Menhub.
Meski jumlah pesawat masih belum pulih, namun jumlah penumpang di masa transisi menuju normal justru melonjak tinggi. Hal ini mengingat peraturan pembatasan perjalanan sudah tidak diberlakukan lagi sehingga masyarakat bebas melakukan penerbangan. Hal ini mengakibatkan demand dan supply menjadi tidak seimbang.
Misalnya pada beberapa penerbangan yang terlambat akibat masalah teknis seperti ada masalah di mesin pesawat, menyebabkan maskapai harus mengganti armada pesawat lain.
Namun karena jumlah pesawat terbatas, maka penerbangan menjadi tertunda karena maskapai harus menunggu atau mencari pesawat lain yang bisa digunakan. Tak jarang, pesawat yang dapat dioperasikan berada jauh dari bandara keberangkatan.
Hal ini terjadi pada penerbangan Lion Air dari Bandar Udara Depati Amir Pangkalpinang (PGK) tujuan Bandar Udara HAS Hanandjoedin di Tanjung Pandan (TJQ). Penerbangan dijadwalkan berangkat pukul 08.15 WIB pada Selasa (2/5/2023).
Namun karena adanya masalah di kompartemen kargo pesawat, Lion Air memutuskan menunda penerbangan. Kemudian ternyata pesawat membutuhkan waktu cukup lama untuk diperbaiki sehingga maskapai mendatangkan pesawat pengganti dari Jakarta.
Lebih lanjut, keterlambatan yang terjadi pada satu penerbangan akan membuat jadwal penerbangan lainnya menjadi terkena dampaknya.
"Jadi akibatnya terjadilah efek domino. Sekali ada yang delay, biasanya akan berdampak kepada penerbangan yang lain, nah ini juga yang kita lihat kecenderungannya juga seperti itu sekarang," kata Adita.
Dia mengungkapkan, keterlambatan pesawat akibat tidak seimbangnya jumlah pesawat dan jumlah penumpang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga dialami oleh semua maskapai di dunia.
Bahkan jika melihat penyebab masalah lebih luas lagi, industri penerbangan dunia juga tengah mengalami kesulitan suku cadang pesawat yang masih langka.
"Sampai sekarang suku cadang masih langka karena pabrikannya masih belum seperti dulu. Orangnya juga para pekerja pabrik belum kembali lagi seperti dulu. jadi ada masalah supply tidak hanya di kondisi pesawat tapi juga suku cadang dan juga komponen-komponen lain. Nah ini adalah tantangan internasional sebenarnya," tuturnya.