Warga Tri Anggun Jaya Musi Rawas Masih Takut Beraktivitas, Pasca Ada Ibu Hamil Tewas Terinjak Gajah

MUSI RAWAS Pasca tewasnya ibu rumah tangga (IRT) di Desa Tri Anggun Jaya Kecamatan Muara Lakitan, Musi Rawas akibat diserang kawana gajah liar, kini warga takut untuk beraktivitas.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Sekretaris Desa (Sekdes) Tri Anggun Jaya, Parsono saat dikonfirmasi , Rabu (11/09/2024) pagi.

Sebelumnya, Karsini, ibu rumah tangga berusia 34 tahun yang sedang hamil 5 bulan, warga Desa Talang Jaya Indah Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumsel tewas usai diserang kawanan gajah liar.

Insiden tersebut, terjadi pada Minggu, 08 September 2024 pagi sekira pukul 06.00 Wib di kebun karet di Desa Tri Anggun Jaya Kecamatan Muara Lakitan, Musi Rawas .

Menurut Sekdes, pasca kejadian, jenazah korban langsung dipulangkan ke desa orang tuanya di Banyuasin. Kemudian ada tindakan dari pihak kepolisian untuk olah TKP, didampingi Kades dan masyarakat.

"Hasilnya dibenarkan ada kejadian tersebut, di lokasi kejadian jug ada hp yang ketinggalan dan alat nyadap karet yang sudah patah dan jejak gajahnya," kata Sekdes.

Dikatakan Sekdes, jarak lokasi kejadian dengan pemukiman warga kurang lebih mencapai 1,5 Km.

Sedangkan untuk kondisi masyarakat saat ini pasca kejadian, hampir semua masyarakat di Desa Tri Anggun Jaya yang masih takut berkebun, akhirnya melumpuhkan ekonomi masyarakat.

"Masyarakat disini, aktivitas sehari-hari menyadap karet dan mau ke ladang takut. Bahkan saat ini gajah masih ada diareal perkebunan, ada warga yang liat jejaknya. Apalagi disini habis hujan, jadi kelihatan sekali jejaknya," jelasnya.

Bahkan menurut Sekdes, warga tidak akan beraktivitas, sampai adanya tindakan dari pemerintah yang berwenang untuk mengusir gajah tersebut dari areal perkebunan warga.

"Permohonan masyarakat, agar pemerintah ini bisa menjauhkan gajah dari pemukiman dan perkebunan warga, sehingga masyarakat bisa hidup berdampingan. Gajah hidup di tempatnya dan masyarakat hidup di desa dan berkerja dengan aman," ungkapnya.

Tak hanya berkeliaran diareal perkebunan warga. Kawanan gajah tersebut juga pernah terlihat melintas di ditengah-tengah pemukiman warga.

"Yang masuk ke pemukiman warga itu tidak gerombolan banyak, paling hanya 1 ekor. Itu pernah jam 08.00 Wib pagi. Tapi kalau yang gerombolan itu hanya di areal perkebunan dan ladang warga saja," ucapnya.

Dikatakan Sekdes, gajah tersebut masuk ke perkebunan warga, lantaran diduga stok makanannya di daerah konservasi yang tidak memenuhi.

"Jadi setelah pulang seminggu atau sebulan pasti kembali lagi ke kebun warga," imbuhnya.

Tak hanya menghancurkan tanaman warga, kawanan gajah tersebut juga kerap merusak pondok-pondok milik warga yang ada di areal perkebunan.

"Kalau rumah warga yang dirusak belum ada, kebanyakan pondok yang di kebun. Kemudian juga tanaman yang dirusak dan dimakannya," jelasnya.

Dijelaskan Sekdes, konflik antara warga dan gajah liar di Desa Tri Anggun Jaya sudah lama terjadi. Karena memang, wilayah tersebut adalah habitat gajah liar.

"Desa ini adalah wilayah transmigrasi yang dibangun tahun 1992. Jadi belum ada transmigrasi, wilayah ini sudah menjadi habitat gajah liar," ucapnya.

Hanya saja, dulunya masyarakat bisa hidup berdampingan dengan gajah liar. Sehingga masyarakat bisa dengan tenang membuka kebun dan ladang untuk ditanami padi dan lainnya.

"Kalau dulu, setahun sekali pas musim panen padi, gajah-gajah ini datang. Tapi waktu itu masih mudah dihalau, hanya dengan menggunakan alat tradisional seperti memukul kentongan dan lainnya," jelasnya.

Namun pada tahun 2020 lalu, kawanan gajah liar yang jumlahnya lebih dari 40 ekor tersebut, lebih sering mendatangi areal perkebunan warga dan merusaknya.

"Kalau sekarang beda, warga yang coba mengusirnya dengan memukul kentongan dan membuat suara berisik, tapi warga malah dikejarnya. Jadi sekarang warga ketakutan saat melihat gajah liar," ungkapnya.

Untuk itu, masyarakat berharap, agar bisa hidup dengan nyaman dan gajah hidup damai di habitatnya.

"Jadi harapannya pemerintah yang memiliki ilmu dan caranya untuk mengusir gajah, agar bertindak mengusir kawanan gajah tersebut dari areal perkebunan warga," imbuhnya.

Terlepas dari itu, Sekdes juga mengaku, Karsini seorang IRT yang tewas akibat diserang kawanan gajah saat menyadap karet, bukanlah yang pertama kalinya. Pasalnya, sudah 4 nyawa hilang akibat keganasan gajah liar tersebut.

"Dulu di tahun 2021, ada warga meninggal 1 orang atas nama Yosmura itu warga Desa Tri Anggun Jaya. Kejadian itu, dilaporkan ke Kabupaten dan diturunkan tim BKSDA. Tapi nampaknya belum ada kegiatan yang bisa menanggulangi masalah ini," tegasnya.

Hingga akhirnya, insiden kembali terjadi, tepatnya pada Minggu, 08 September 2024 pagi sekira pukul 06.00 Wib. Korbannya adalah IRT yang sedang menyadap karet di kebunnya bersama suaminya.

"Jadi di Desa Tri Anggun Jaya ini sudah 2 korban jiwa. Kemudian sebelumnya di desa tetangga juga ada 1 orang tewas juga dan di tahun 2005 di Sp.9 HTI Desa Harapan Makmur, juga ada 1 orang tewas juga. Jadi totalnya ada 4 korban jiwa," tutupnya.

https://palembang.tribunnews.com/2024/09/11/warga-tri-anggun-jaya-musi-rawas-masih-takut-beraktivitas-pasca-ada-ibu-hamil-tewas-terinjak-gajah