Kronologi Keluarga Keraton Solo Ricuh saat Tradisi Kirab Gamelan Sekaten 2024: 2 Kubu Saling Dorong
10-September-24, 16:25Inilah kronologi keluarga Keraton Kasunanan Surakarta ricuh saat tradisi tradisi Kirab Hajad Dalem Grebeg Paraden Gamelan Sekaten di Kota Solo, Jawa Tengah.
Kericuhan yang melibatkan dua kubu keluarga Keraton Surakarta ini terjadi pada Senin, (9/9/2024).
Insiden ricuh ini terjadi di halaman Masjid Agung Surakarta yang menjadi lokasi peletakan gamelan Sekaten Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.
Dilansir dari TribunSolo pada Selasa, (10/9/2024) esekan terjadi antara pihak SISKS Pakubuwono XIII dengan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta (Solo).
Ketua Eksekutif Lembaga Keraton Solo, K.P. Eddy Wirabhumi menerangkan bahwa insiden keributan tersebut lantaran adanya salah paham dan miss komunikasi.
Miss komunikasi sempat terjadi antara pihak SISKS PB XIII dan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Solo.
Keributan terjadi saat proses ritual ngungelaken gangsa sekaten atau membunyikan Gamelan Sekaten sekitar pukul 13:50 WIB.
Namun sesaat setelah gamelan dibunyikan, salah satu Menantu SISKS Pakubuwana XIII Hangabehi, KRA Rizki Baruna Aji Diningrat didorong dan dicekik oleh orang tak dikenal.
Hal itu pun langsung membuat KRA Rizki Baruna naik pitam.
KRA Rizki Baruna pun membalasnya dengan mendorong salah satu abdi dalem, KRT Rawang yang berada tepat di depan pintu masuk Bangsal Sekati.
Bukan tanpa alasan, KRA Rizki Baruna mempertanyakan terkait Gamelan Sekaten yang ditabuh sebelum rombongannnya tiba di Bangsal Sekati.
"Jadi memang terjadi miss komunikasi. Saya dengarkan dengan sangat keras dari speakernya Masjid Agung." ujar KRA Rizki Baruna, dari TribunSolo pada Selasa, (10/9/2024).
"Setelah tatanan acara selesai itu yang diminta untuk mendawuhi ngungelaken gangsa adalah Kanjeng Sinawung. Kanjeng Sinawung kemudian ndawuhke," lanjutnya.
"Setelah didawuhke ada yang datang namanya mas Rizky itu mengatakan bahwa dia yang ditugaskan untuk mendawuhkan itu. Sehingga terjadi silang pendapat," terang Eddy.
Di sisi lain, Eddy menerangkan bahwa proses pelaksanaan gelaran Kirab Gamelan Sekaten Keraton Kasunanan Solo tahun ini ada perintah dari Pengageng Parentah Keraton Gusti Dipo agar pihaknya hadir dalam acara tersebut.
"Ini miss komunikasi yang sebetulnya tidak harus terjadi." ucap Eddy Wirabhumi.
"Tetapi kalau kami tarik lagi proses penyelenggaraan kegiatan ini ada dawuh dari Pangageng Parentah Keraton Gusti Dipo untuk hadir di acara itu," lanjut Eddy.
Lebih lanjut, Eddy menerangkan bahwa memang akar masalah bermula dari perselisihan antara LDA dengan Sinuhun.
Namun demikian, terkait tradisi Eddy menegaskan mengesampingkan permasalahan yang terjadi di pihak internal.
"Sesungguhnya pada saat Gusti Dipo menetapkan diri sebagai Pangageng Parentah Keraton dalam acara ini. Itu adalah badan yang melanggar hukum." jelasnya.
"Tetapi karena kami orang Jawa ini kan mencari harmoni, jadi tidak masalah asal berjalan dengan baik. Tetapi toh masih ada komunikasi yang kurang baik," urai dia.
Miss komunikasi hingga berujung keributan itu pun juga diakui oleh Pangageng Parentah Keraton Solo, GPH Dipokusumo.
"Kalau saya hanya karena SOP saja. Dawuh dalem itu standarnya Mantu Dalem KRA baruno Aji Diningrat," ungkapnya.
Meski demikian, Dipokusumo menjelaskan miss komunikasi yang terjadi karena adanya kesalahan Standar Operasional Prosedur (SOP).
"Memang terjadi begitu, tapi kan semua berdasarkan dawuh dalem. Intinya Nanti kita lihat jaman klakone wae," pungkasnya.
Hingga kini gesekan yang terjadi di Keraton Surakarta itu masih menjadi sorotan warga terutama warga Kota Solo.
Konflik yang telah beberapa kali terjadi ini tentu mencoreng citra dari Keraton Surakarta sebagai barometer budaya Jawa yang adiluhung.
(/ TribunSolo )