Ingat Perubahan Cepat Terjadi, Mahasiswa di Kalsel Dituntut Bukan Sekadar Kuliah Lalu Lulus

- Perubahan sangat cepat terjadi. Tantangan di tingkat nasional dan global pun makin ketat. Sayangnya, akses terhadap pendidikan berkualitas dan kesempatan pengembangan diri belum merata.

Guna membuka akses pendidikan tinggi bagi putra-putri terbaik di berbagai daerah di Indonesia, Adaro melalui Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) meluncurkan program beasiswa “Indonesia Bright Future Leaders”. Berkolaborasi dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Adaro berupaya melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan.

Jurnalis BPost Hari Tri Widodo mengupas program tersebut dengan Ketua YABN Zuraida Murdia Hamdie, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ULM Dr Muhammad Rusmin Nuryadin SE, MSi serta mahasiswa penerima beasiswa Adaro IBFL ULM Batch 3, Hartati.

Perbincangan berlangsung pada Sabtu (7/9) sore di kampus ULM. Berikut petikan wawancara Program B-Talk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja, yang ditayangkan di akun YouTube Banjarmasin Post News Video, Facebook BPost Online, Instagram @banjarmasin Post serta website .

Apa dasar utama merancang program ini?

Zuraida : Dari sebuah mimpi, kami ingin CSR perusahaan tambang batu bara ini menciptakan manusia yang berdaya saing, mandiri dan berkelanjutan. Yang namanya tambang tentu ada usianya. Kuncinya adalah pendidikan. Jadi pilar Adaro itu ada lima dan prioritasnya di pendidikan yang bernama Adaro Nyalakan Ilmu.

Ambil contoh di Balangan, angka partisipasi pendidikannya masih tidak sesuai dengan harapan. Kami ingin di kabupaten ini banyak sarjana, sehingga setelah lulus anak-anak daerah ini bisa membangun kabupaten.

Kami melihat problem pendidikan cukup kompleks. Salah satunya, bagaimana adik-adik di sana bisa mengakses pendidikan tinggi. Programnya harus all out agar bisa menciptakan pemimpin masa depan yang cemerlang. Jadi para penerima beasiswa tidak sekadar kuliah dan lulus, tetapi berkualitas.

Karena ini sudah memasuki batch kelima, bagaimana tantangan yang dihadapi dalam perjalanannya?

Zuraida : Salah satu tantangan awal dan mendasar biasanya meyakinkan orangtua calon penerima beasiswa. Karena masih ada orangtua yang enggan untuk melepaskan anaknya kuliah di kota. Dan saya rasa, adik-adik yang ada di depan mengikuti acara ini melewati tantangan tersebut.

Bagaimana perjuangan mendapatkan beasiswa IBFL?

Hartati : Bapak saya pedagang sayur keliling. Kalau di desa (wilayah Martapura), harga karet anjlok, daya beli masyarakat dan berpengaruh terhadap penjualan bapak. Beasiswa IBFL merupakan jalan keluar bagi saya dan membuat saya yakin untuk menggapai cita-cita.

Selain kuliah, apa aktivitas sehari-hari?

Hartati : Saya juga aktif di berbagai organisasi seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa, Pokja Kewirausahaan, dan baru-baru ini saya menjalankan pengabdian (PKM) karena lolos pendanaan oleh Kemendikbudristek.

Bagaimana pihak kampus berkontribusi dalam beasiswa ini, dalam konteks ULM tidak hanya menerima mahasiswa tetapi mendorong mereka giat di lingkungan masing-masing?

Rusmin : Kita selalu mengimbau kepada alumni IBFL bahwa ada beberapa desa yang perlu dibangun. Kalau bukan mereka, siapa lagi. Jadi, kami berharap alumni-alumni ini bisa kembali lagi ke daerahnya masing-masing untuk membangun daerahnya. Kampus membekali dengan ilmu, Adaro membekali dengan soft skill. Sehingga mereka diharapkan jadi pemimpin di daerah asal masing-masing.

Apakah ada syarat khusus dari ULM untuk calon penerima beasiswa IBFL?

Rusmin : Semua beasiswa mempunyai persyaratan masing-masing, berbeda antar lembaga yang memberikan. Semua persyaratan ada tertulis. Dan ketika penerima beasiswa ini melanggar persyaratan-persyaratan itu, siap-siap dicopot beasiswanya. Jadi, mereka yang menerima beasiswa itu terikat dengan persyaratan-persyaratan yang harus ditaati. (/muhamad syaiful riki)

https://banjarmasin.tribunnews.com/2024/09/08/ingat-perubahan-cepat-terjadi-mahasiswa-di-kalsel-dituntut-bukan-sekadar-kuliah-lalu-lulus