Eskalasi Perang Dagang: China Tingkatkan Tarif Balasan Jadi 125 Persen, Xi Jinping Tegaskan Sikap Pantang Mundur

China Tingkatkan Tarif Balasan Terhadap AS di Tengah Memanasnya Perang Dagang

Beijing merespons langkah terbaru Washington dalam perang dagang yang berkepanjangan dengan menaikkan tarif impor terhadap barang-barang AS menjadi 125 persen. Presiden Xi Jinping, dalam pernyataan publik yang jarang terjadi mengenai sengketa perdagangan ini, menegaskan bahwa China tidak akan gentar menghadapi tekanan dan akan terus berjuang demi kepentingannya.

Kenaikan tarif ini merupakan balasan langsung terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya menaikkan tarif terhadap produk China menjadi 145 persen. Meskipun eskalasi ini menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi resesi dan disrupsi pasar, China mengisyaratkan bahwa mereka tidak berniat untuk meningkatkan tarif lebih tinggi dari 125 persen, menekankan bahwa eskalasi lebih lanjut tidak akan memberikan manfaat yang berarti.

Seorang juru bicara Kementerian Perdagangan China mengecam tindakan AS sebagai "permainan angka" yang tidak memiliki signifikansi ekonomi nyata dan hanya berfungsi untuk mengungkapkan praktik AS yang menggunakan tarif sebagai alat intimidasi dan pemaksaan. China memandang tindakan AS sebagai "perundungan sepihak" dan telah berulang kali menyatakan penentangannya terhadap pendekatan tersebut.

Diplomasi Intensif di Tengah Ketegangan Perdagangan

Alih-alih langsung menghubungi Presiden Trump untuk bernegosiasi, Presiden Xi Jinping memilih untuk meluncurkan diplomasi intensif dengan mitra dagang lainnya. Pertemuannya dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez di Beijing menjadi sinyal bahwa China berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara Eropa di tengah ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh kebijakan perdagangan AS.

Xi Jinping menekankan bahwa dunia tengah mengalami perubahan yang sangat cepat dan menyerukan kerja sama yang lebih erat antara China dan Spanyol di bidang-bidang seperti energi terbarukan, manufaktur berteknologi tinggi, dan kota pintar. Dia juga mengulurkan tangan ke Uni Eropa, menyebutnya sebagai "kutub penting di dunia multipolar" dan menyerukan kerja sama untuk mempertahankan aturan dan ketertiban internasional.

Memperkuat Hubungan dengan Negara-Negara Tetangga

Selain fokus pada Eropa, China juga memprioritaskan untuk memperkuat hubungan strategis dengan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara. Vietnam, Malaysia, dan Kamboja menjadi tujuan kunjungan luar negeri pertama Xi Jinping tahun ini, yang menunjukkan pentingnya kawasan ini bagi strategi perdagangan China.

Negara-negara seperti Vietnam dan Kamboja, yang sebelumnya terkena dampak tarif AS, telah mengalami lonjakan investasi dari bisnis China dan internasional karena perusahaan-perusahaan memindahkan rantai pasokan keluar dari China untuk memanfaatkan biaya tenaga kerja yang lebih rendah dan menghindari tarif AS.

Sikap Tegas China di Tengah Tekanan Eksternal

Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa pembangunan China selama lebih dari 70 tahun telah bergantung pada kemandirian dan kerja keras, bukan pada pemberian dari pihak lain. Dia menekankan bahwa China tidak takut akan penindasan yang tidak adil dan akan terus fokus pada pengelolaan urusannya sendiri dengan baik.

Dalam pernyataan yang menantang, Xi Jinping menyatakan bahwa China akan tetap percaya diri dan fokus pada pembangunan internal, terlepas dari bagaimana lingkungan eksternal berubah. Dia menyerukan China untuk membangun "masa depan bersama dengan negara-negara tetangga" dan menegaskan komitmen negara tersebut untuk mempertahankan perdagangan global dan menentang unilateralisme dan proteksionisme.

Dampak yang Mengkhawatirkan

Eskalasi perang dagang antara AS dan China menimbulkan kekhawatiran serius tentang dampak negatif terhadap ekonomi global. Tarif yang lebih tinggi dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan biaya bagi konsumen, dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Para analis memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat memicu resesi global dan merusak hubungan internasional.

Perang dagang ini juga menciptakan ketidakpastian bagi bisnis dan investor, yang dapat menunda investasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Negara-negara di seluruh dunia terpaksa menyesuaikan kebijakan perdagangan mereka untuk mengatasi dampak perang dagang AS-China.

China, di bawah kepemimpinan Xi Jinping, menunjukkan tekad untuk melawan tekanan dari AS dan mempertahankan kepentingannya. Sementara itu, dunia terus menyaksikan dengan cemas bagaimana perang dagang ini akan berlanjut dan apa dampaknya terhadap ekonomi global dan hubungan internasional.