Forum ECED Council Dorong Transformasi Paradigma PAUD: Anak Sebagai Subjek Hak, Bukan Sekadar Investasi
ECED Council: Mengubah Paradigma Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) seringkali didominasi oleh suara orang dewasa, mengabaikan peran sentral anak-anak sebagai subjek utama. Padahal, periode krusial sejak dalam kandungan hingga usia enam tahun adalah masa emas perkembangan otak dan sosial-emosional yang tak tergantikan. Pertanyaan mendasar muncul: apakah sistem, kebijakan, dan lingkungan kita telah memadai untuk mendukung masa penting ini? Apakah masyarakat memandang PAUD sebagai beban negara atau tanggung jawab bersama?
Guna menjawab tantangan ini, Early Childhood and Education Development (ECED) Council dibentuk pada tahun 2024. Didukung oleh Tanoto Foundation dan pemangku kepentingan lainnya, ECED Council berfungsi sebagai wadah kolaborasi yang menyatukan akademisi, peneliti, praktisi, dan tokoh masyarakat yang peduli terhadap tumbuh kembang anak usia dini.
Peran Strategis ECED Council
ECED Council tidak bertujuan menggantikan institusi yang ada, melainkan menjadi jembatan kolaboratif. Tujuannya adalah untuk menyatukan pengetahuan, praktik terbaik, dan agenda advokasi lintas sektor, menciptakan ekosistem yang mendukung pembelajaran anak sejak lahir. Pendekatan ECED Council menempatkan anak sebagai pemilik hak, bukan sekadar objek investasi masa depan, mendorong perubahan cara pandang terhadap pendidikan usia dini, yang mencakup pengasuhan, stimulasi, dan lingkungan yang peduli sejak awal kehidupan.
Mengapa Usia Dini Sangat Penting?
Ilmu saraf dan psikologi perkembangan menegaskan bahwa lima tahun pertama adalah periode emas perkembangan manusia. Otak berkembang pesat, mencapai 90% ukuran dewasa, dan sangat elastis terhadap stimulasi. Berikut adalah fakta penting:
- Otak berkembang sejak dalam kandungan.
- Genetik dan pengalaman awal membentuk arsitektur otak.
- Kemampuan belajar menurun seiring bertambahnya usia.
- Fondasi kesuksesan akademik dan sosial dibangun sejak dini.
- Stres kronis di usia dini dapat mengubah struktur otak permanen.
Keterlambatan stimulasi dan pengasuhan yang memadai dapat berdampak seumur hidup, memengaruhi performa akademik, kesehatan mental, keterampilan sosial, dan produktivitas ekonomi.
PAUD: Hak atau Investasi?
Diskusi global tentang PAUD sering berkisar pada dua pandangan: PAUD sebagai investasi masa depan atau pemenuhan hak dasar anak. James J Heckman, ekonom peraih Nobel, mendukung pandangan pertama melalui penelitian tentang dampak PAUD berkualitas tinggi pada individu dan masyarakat. Studi di Amerika Serikat menunjukkan pengembalian investasi yang signifikan dari program prasekolah berkualitas, melalui peningkatan prestasi pendidikan, karier, penghematan biaya kesehatan, pendidikan remedial, dan penurunan risiko kriminalitas.
Heckman menyimpulkan:
- Kemampuan kognitif dan sosial anak terbentuk sejak dini dan menentukan kesuksesan masa depan.
- Investasi paling efektif adalah di usia dini.
- Dukungan untuk anak-anak rentan memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
- Ekonomi yang kuat dibangun melalui intervensi dini yang berkualitas.
Namun, pendekatan ekonomi memunculkan pertanyaan: apakah nilai anak hanya diukur dari potensi ekonomi mereka? Bagaimana dengan anak-anak disabilitas atau dengan keterbelakangan mental? Jika investasi menjadi satu-satunya dasar, kelompok ini berisiko tidak mendapat perlakuan setara. Inilah yang mendorong perubahan paradigma global: anak usia dini bukan hanya objek investasi, tetapi subjek penuh hak asasi manusia, dengan hak untuk berkembang optimal terlepas dari kontribusi ekonominya.
Aksi Nyata: Dari Komitmen Global ke Nasional
Pengakuan pentingnya PAUD dalam kebijakan publik datang secara bertahap. Sejak 2015, melalui Sustainable Development Goals (SDGs) dan Deklarasi Incheon, negara-negara berkomitmen menyediakan akses prasekolah minimal satu tahun secara gratis. Deklarasi Pemimpin ASEAN tentang Early Childhood Care and Education (ECCE) pada Juli 2023, yang didukung oleh Tanoto Foundation dan lembaga lainnya, memperkuat langkah ini.
Pada Juli 2024, Dewan HAM PBB menyepakati penyusunan optional protocol yang mengakui pendidikan anak usia dini sebagai bagian dari hak pendidikan, menandai perubahan global dalam memposisikan PAUD sebagai hak.
Membangun Ekosistem Belajar
Di Indonesia, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 mencanangkan percepatan wajib belajar 13 tahun, termasuk satu tahun prasekolah. Ini menandakan PAUD sebagai fondasi sistem pendidikan nasional.
Tantangan tetap ada: akses layanan PAUD belum merata, kualitas bervariasi, dan banyak orang tua belum memahami bahwa belajar dimulai sejak lahir. Pengasuhan awal oleh keluarga dan lingkungan terdekat sangat penting. Dibutuhkan ekosistem belajar yang tidak hanya bergantung pada institusi formal, tetapi juga melibatkan edukasi orang tua, pelatihan pengasuh, pemanfaatan media, dan dukungan lintas sektor.
Peran Semua Pihak
Mengembangkan anak usia dini adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, dunia pendidikan, komunitas, media, dan sektor swasta harus berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman, stimulatif, dan penuh kasih sayang. Inisiatif seperti ECED Council sangat penting dalam hal ini. Anak-anak adalah bagian dari masa kini dan masa depan bangsa, berhak tumbuh dalam lingkungan yang mendukung perkembangan optimal mereka.
Seperti pepatah Afrika mengatakan, "It takes a village to raise a child". Mari bergerak bersama mendukung masa depan anak-anak Indonesia.