Yogyakarta Siapkan Strategi Larangan Bus Besar Masuk Kota, Shuttle Bus Jadi Solusi Alternatif
Yogyakarta Bersiap Terapkan Pembatasan Bus Besar, Shuttle Bus Disiapkan Sebagai Solusi
Pemerintah Kota Yogyakarta tengah merancang strategi komprehensif untuk membatasi masuknya bus-bus berukuran besar ke wilayah kota. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya penataan kawasan Giwangan dan pengembangan potensi wisata di wilayah tersebut. Terminal Giwangan akan difungsikan sebagai pusat transit bus-bus besar, sementara penumpang akan diangkut ke pusat kota menggunakan shuttle bus atau mini bus.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, mengungkapkan bahwa Terminal Giwangan akan dipersiapkan secara matang untuk menampung armada bus besar. Konsep ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan menjaga kelestarian lingkungan di pusat kota. "Kita pakai shuttle ke kota," ujarnya, menekankan komitmen pemerintah kota untuk menyediakan solusi transportasi yang efisien dan berkelanjutan.
Selain penataan transportasi, Pemkot Yogyakarta juga berencana mengembangkan kawasan Giwangan sebagai destinasi wisata terpadu. Taman Budaya Giwangan, Embung Giwangan, dan kawasan Kotagede akan diintegrasikan menjadi satu kesatuan yang menarik bagi wisatawan. Pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Konsep Masih dalam Tahap Penyusunan
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, menjelaskan bahwa implementasi larangan bus besar masih memerlukan pembahasan lebih lanjut dengan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Aspek teknis seperti pola perjalanan shuttle bus dari Terminal Giwangan ke pusat kota masih dalam tahap perencanaan.
"Bagaimana nanti dari masyarakat di Giwangan akan menuju ke kawasan wisata di tengah kota itu kan yang akan kita prepare nanti," kata Agus, mengindikasikan bahwa kemudahan aksesibilitas bagi masyarakat dan wisatawan menjadi prioritas utama.
Meskipun belum ada timeline yang pasti, Dinas Perhubungan berupaya untuk menyiapkan konsep secepat mungkin. Pemanfaatan TransJogja sebagai sarana transportasi shuttle juga menjadi salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan. Selain itu, partisipasi pihak swasta dalam penyediaan layanan shuttle juga tidak menutup kemungkinan.
"Masalah siapa nanti yang menyediakan, bagaimana untuk keterlibatan masyarakat juga menjadi penting, kan. Kami juga berusaha untuk bicara pemberdayaan masyarakat," ujar Agus, menegaskan komitmen pemerintah kota untuk melibatkan masyarakat dalam setiap kebijakan yang diambil.
Taman Budaya Embung Giwangan: Destinasi Wisata Potensial
Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG) merupakan salah satu daya tarik wisata yang berada di Yogyakarta bagian selatan. Sejak dibuka untuk umum, TBEG menjadi favorit bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya, terutama saat akhir pekan. Lokasinya strategis, terintegrasi dengan Kawasan Cagar Budaya Kotagede, menjadikannya tempat yang ideal untuk berbagai acara seperti pameran dan pentas budaya.
TBEG berlokasi di Jalan Tegal Turi No 54, Giwangan Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Kawasan ini memiliki luas 3,5 hektare, termasuk embung yang berfungsi sebagai tangkapan air hujan dengan kapasitas 9.210 meter kubik dan luas genangan sekitar 4.123 meter persegi. Pembangunan embung dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) pada tahun 2019, di lahan milik Pemerintah Kota Yogyakarta.
Fasilitas di TBEG terus dikembangkan dengan menggunakan Dana Keistimewaan DIY. Konsep pengembangan memadukan pelestarian seni, budaya, adat tradisi, dan konservasi lingkungan. Sebelum pembangunan taman budaya, Embung Giwangan telah dilengkapi dengan pagar pengaman, lampu penerangan, jogging track, toilet, dan mushola. Dengan segala potensi yang dimiliki, TBEG diharapkan dapat menjadi magnet wisata baru yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dengan rencana pembatasan bus besar dan pengembangan kawasan Giwangan, Yogyakarta menunjukkan komitmennya untuk menciptakan kota yang nyaman, lestari, dan berdaya saing di sektor pariwisata.