Trauma Mendalam: Ibu Korban Penganiayaan di Jakarta Utara Ungkap Teror dan Ketakutan Pasca-Penangkapan Pelaku
Jakarta - G (32), seorang ibu yang kedua anaknya menjadi korban penganiayaan oleh pacarnya, Eka Chandra (28), hidup dalam ketakutan yang mendalam. Pasca-penangkapan Eka, G mengungkapkan bahwa dirinya kerap menerima ancaman dari pelaku, yang memperburuk trauma yang dialaminya dan kedua buah hatinya.
"Dia sering mengancam. Dia pernah bilang, 'Nanti kalau saya masuk penjara, tunggu saja saya keluar, akan bagaimana,'" ungkap G dengan nada cemas saat diwawancarai di kediamannya, Jumat (11/4/2025). Ancaman ini menjadi alasan utama bagi G untuk segera pindah dari tempat tinggalnya saat ini, demi menjamin keamanan dan ketenangan kedua anaknya yang masih balita. Mereka masih trauma dengan kejadian mengerikan yang menimpa mereka.
Selain ancaman langsung dari Eka, G juga diliputi kekhawatiran akan potensi gangguan dari rekan-rekan pelaku. "Orang kost juga menyarankan saya pindah, karena mereka takut terjadi apa-apa. Teman-teman pelaku tahu saya tinggal di sini," jelasnya. Kondisi ini semakin mempersempit ruang gerak G dan membuatnya merasa terisolasi.
Meski dihantui rasa takut yang besar, G berusaha untuk tetap tegar dan menyerahkan diri kepada Tuhan. "Takut sih pasti takut, karena dia sudah mengancam saya. Tapi saya cuma bisa berserah sama Yang di atas," tuturnya dengan nada pasrah. Di tengah kecamuk perasaan yang berkecamuk, G kini fokus pada proses kepindahannya, berusaha mencari tempat yang aman dan nyaman bagi dirinya dan kedua anaknya.
Kasus penganiayaan ini mencuat setelah Eka tega melakukan kekerasan terhadap ML dan E, kedua anak G, karena merasa kesal. Eka marah lantaran ML mengompol dan buang air besar di kasur. Tangisan ML yang baru bangun tidur juga memicu amarah Eka, yang kemudian berujung pada tindakan penganiayaan.
Akibat penganiayaan tersebut, ML mengalami luka lebam yang cukup parah di mata sebelah kiri dan kepala. Kasus ini kemudian dilaporkan kepada pihak berwajib, dan Eka berhasil ditangkap oleh Polres Metro Jakarta Utara. Saat ini, Eka masih menjalani pemeriksaan intensif untuk mengungkap motif dan kronologi penganiayaan secara lebih detail.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan memicu keprihatinan mendalam tentang perlindungan anak. Banyak pihak menyerukan agar kasus ini diusut tuntas dan pelaku dihukum seberat-beratnya sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Selain itu, perhatian juga tertuju pada pemulihan psikologis korban, terutama kedua balita yang mengalami trauma akibat penganiayaan tersebut.
Dampak Psikologis pada Anak Korban Kekerasan:
Kekerasan pada anak, dalam bentuk apapun, dapat meninggalkan luka psikologis yang mendalam dan berdampak jangka panjang. Beberapa dampak psikologis yang mungkin dialami oleh anak korban kekerasan antara lain:
- Trauma: Anak mungkin mengalami trauma psikologis yang ditandai dengan mimpi buruk, kilas balik (flashback), kecemasan berlebihan, dan sulit berkonsentrasi.
- Gangguan Kecemasan: Anak mungkin mengembangkan gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan umum, gangguan panik, atau fobia.
- Depresi: Anak mungkin mengalami depresi yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat pada aktivitas yang disukai, dan sulit tidur.
- Gangguan Perilaku: Anak mungkin menunjukkan perubahan perilaku, seperti menjadi agresif, menarik diri dari lingkungan sosial, atau mengalami kesulitan belajar.
- Gangguan Identitas: Anak mungkin mengalami kebingungan tentang identitas diri dan merasa tidak berharga.
Oleh karena itu, penting bagi anak korban kekerasan untuk mendapatkan dukungan psikologis yang memadai dari profesional, seperti psikolog atau psikiater. Dukungan ini dapat membantu anak untuk mengatasi trauma, memproses emosi, dan membangun kembali rasa percaya diri.
Pemerintah dan lembaga terkait juga perlu meningkatkan upaya pencegahan kekerasan pada anak melalui edukasi, sosialisasi, dan penegakan hukum yang tegas. Masyarakat juga diharapkan dapat berperan aktif dalam melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan.
Saat ini, G dan kedua anaknya masih membutuhkan dukungan moril dan materiil untuk dapat memulai hidup baru yang lebih baik. Uluran tangan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.