Perjuangan Kiki: Remaja Siak Berjuang Melawan Tulang Rapuh dengan Dukungan Penuh Sang Ibu

Kiki Nugraha: Kisah Remaja Penderita Tulang Rapuh yang Tak Pernah Menyerah

Kiki Nugraha, seorang remaja berusia 14 tahun asal Siak, Riau, menghadapi tantangan hidup yang luar biasa. Sejak usia 3 tahun, Kiki didiagnosis menderita kerapuhan tulang, kondisi yang membuatnya mengalami patah tulang berulang kali. Impiannya untuk berlari dan bermain seperti anak-anak seusianya harus tertunda, digantikan dengan serangkaian perawatan medis yang panjang dan melelahkan.

Cobaan Kiki semakin berat ketika ayahnya, tulang punggung keluarga, meninggal dunia hampir setahun yang lalu. Kini, Kiki hanya ditemani oleh ibunya, Teti Yenti (52), yang dengan setia mendampinginya dalam setiap langkah pengobatan di Jakarta. Ibu Teti dengan sabar merawat Kiki, membawanya ke rumah sakit dan memastikan ia mendapatkan perawatan terbaik.

"Di Riau, Kiki sudah menjalani sekitar 8 kali operasi. Namun, karena keterbatasan peralatan medis, Kiki dirujuk ke RSCM pada tahun 2018. Hingga saat ini, total operasinya sudah mencapai 16 kali, ditambah 12 kali kemoterapi," ujar Ibu Teti kepada tim berbuatbaik.id di sebuah rumah singgah di Jakarta Pusat.

Ibu Teti menceritakan bahwa awal mula kerapuhan tulang yang dialami Kiki terjadi saat ia masih balita. Tulang Kiki sangat rapuh dan mudah patah, bahkan hanya karena gerakan kecil seperti duduk atau menggeser posisi tubuh.

"Dulu, baru 3 bulan sembuh, sudah patah lagi. Patah paha kanan, paha kiri, begitu terus. Bahkan sekarang, ada 3 ruas tulang punggungnya yang patah," jelas Ibu Teti dengan nada sedih.

Kiki juga harus menjalani kemoterapi untuk memadatkan tulangnya. Tanpa kemoterapi, tulang Kiki akan semakin rapuh dan mudah patah. Kondisi ini sangat membatasi aktivitas Kiki sehari-hari. Ia harus berhati-hati dalam setiap gerakannya agar tidak menyebabkan patah tulang.

"Kemarin saja, saat buka puasa, Kiki mau turun dari kursi, tiba-tiba patah. Kadang, saat dia menggeser badannya, itu juga bisa patah. Dokter bilang, tulangnya memang sangat rapuh," lanjut Ibu Teti.

Kondisi tulang rapuh ini ternyata juga dialami oleh kakak sulung Kiki, meskipun tidak separah yang dialami Kiki. Perekonomian keluarga Kiki semakin terpuruk setelah ayah mereka meninggal dunia. Kini, seluruh kebutuhan keluarga ditanggung oleh anak ketiga Ibu Teti yang bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket. Bahkan, rumah mereka telah dijual untuk membiayai pengobatan Kiki di Jakarta.

Semangat Pantang Menyerah dan Mimpi untuk Berjalan

Meskipun belum ada jaminan kesembuhan dari tim dokter, keluarga Kiki tidak menyerah. Mereka terus berjuang demi kesembuhan Kiki, sesuai dengan pesan terakhir dari ayah Kiki.

"Dulu, bapak sudah berjuang sekuat tenaga saat masih hidup. Mungkin, dia ingin kami terus berjuang sampai menemukan jalan yang terbaik. Kami di sini sama-sama berjuang dengan semangat yang tinggi," kata Ibu Teti dengan optimis.

Kiki juga menunjukkan semangat yang luar biasa dalam menjalani setiap prosedur dan terapi. Ia memiliki mimpi sederhana, yaitu bisa berjalan dan bersekolah seperti anak-anak lainnya.

"Saya ingin bisa berjalan seperti orang normal saja. Saya ingin sekolah, dan kalau bisa, saya ingin membawa mama ke Mekah," harap Kiki dengan mata berbinar.

Sahabat Baik, perjuangan seorang ibu untuk kesembuhan buah hatinya adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Mari kita bersama-sama memberikan dukungan kepada Kiki dan keluarganya agar ia bisa meraih mimpinya.

Anda dapat menjadi bagian dari perjalanan perjuangan Kiki dengan memberikan donasi melalui berbuatbaik.id. Setiap kebaikan yang Anda berikan akan tersampaikan dengan sempurna dan memberikan harapan baru bagi Kiki dan keluarganya.