Eskalasi Tarif: AS Naikkan Tarif ke China 145%, Menanti Inisiatif Dialog dari Xi Jinping
Ketegangan Dagang Memanas: AS Ultimatum China dengan Kenaikan Tarif Signifikan
Washington D.C. – Langkah kontroversial diambil oleh pemerintahan Presiden Donald Trump dengan menaikkan tarif impor barang-barang dari China hingga 145%. Keputusan ini diambil di tengah tensi perdagangan global yang mencoba mereda, dengan banyak negara melakukan negosiasi untuk menghindari perang tarif. Namun, China tampak menjadi pengecualian, memilih untuk tidak terlibat dalam perundingan aktif yang tengah berlangsung.
Kenaikan tarif yang signifikan ini kontras dengan perlakuan AS terhadap negara-negara lain yang bersedia berunding. Sumber di Gedung Putih mengindikasikan bahwa kebijakan ini merupakan respons langsung terhadap sikap Beijing yang dianggap kurang kooperatif.
Sebagai balasan atas kebijakan AS, China sempat memberlakukan tarif balasan sebesar 84% terhadap produk-produk Amerika. Namun, eskalasi terbaru dari AS menunjukkan bahwa pemerintahan Trump tidak puas dengan respons tersebut dan menginginkan perubahan signifikan dalam perilaku perdagangan China.
Menurut laporan dari CNN, pejabat senior Gedung Putih menyatakan bahwa inisiatif untuk melakukan kontak berada di tangan China. Presiden Trump secara eksplisit menginstruksikan timnya untuk tidak menghubungi Beijing terlebih dahulu, menekankan bahwa Presiden Xi Jinping harus mengambil langkah pertama untuk menjalin komunikasi.
Pemerintah AS dilaporkan telah berupaya mengatur panggilan telepon antara Presiden Trump dan Presiden Xi. Namun, permintaan tersebut berulang kali ditolak oleh pihak Beijing. Sikap ini semakin memperkuat kesan bahwa China tidak tertarik untuk mencari solusi melalui jalur diplomasi.
Trump mengisyaratkan bahwa ia membayangkan sebuah kesepakatan besar dengan China yang akan mencakup beberapa poin penting, seperti peningkatan ekspor AS, penindakan terhadap ekspor fentanil ilegal, dan restrukturisasi aplikasi TikTok untuk memastikan keamanan data pengguna AS. Trump meyakini Beijing akan menyetujui kesepakatan tersebut.
"China ingin membuat kesepakatan. Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Anda tahu, itu salah satu hal yang tidak mereka ketahui - Mereka orang yang sombong," kata Trump, mengutip dari CNN.
Implikasi dan Prospek
Kenaikan tarif ini berpotensi membawa dampak yang signifikan bagi ekonomi global. Perusahaan-perusahaan di kedua negara mungkin akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan biaya impor dan ekspor. Konsumen juga dapat terkena dampak berupa kenaikan harga barang-barang konsumsi.
Di tengah ketidakpastian ini, pasar global akan terus memantau perkembangan situasi antara AS dan China. Pertanyaan utamanya adalah apakah Beijing akan mengambil inisiatif untuk melakukan dialog dengan Washington, atau memilih untuk mempertahankan sikapnya dan menghadapi konsekuensi dari perang tarif yang semakin memanas. Beberapa analis memprediksi beberapa hal seperti:
- Ketegangan yang berkelanjutan: Sikap keras kedua belah pihak dapat menyebabkan ketegangan perdagangan yang berkepanjangan.
- Kerugian ekonomi: Perang tarif dapat merugikan ekonomi kedua negara dan ekonomi global secara keseluruhan.
- Perubahan rantai pasokan: Perusahaan dapat mulai mencari sumber alternatif untuk barang-barang mereka untuk menghindari tarif.
- De-globalisasi: Beberapa orang khawatir bahwa perang tarif dapat menyebabkan de-globalisasi, dengan negara-negara menjadi lebih proteksionis.
Berikut adalah poin-poin yang perlu diperhatikan:
- AS menaikkan tarif impor barang-barang dari China hingga 145%.
- China membalas dengan memberlakukan tarif balasan sebesar 84% terhadap produk-produk Amerika.
- Presiden Trump menginstruksikan timnya untuk tidak menghubungi Beijing terlebih dahulu.
- Pemerintah AS telah berupaya mengatur panggilan telepon antara Presiden Trump dan Presiden Xi, tetapi ditolak oleh pihak Beijing.
- Trump mengisyaratkan bahwa ia membayangkan sebuah kesepakatan besar dengan China yang akan mencakup beberapa poin penting.