Rupiah Menguat: Dolar AS Terperosok ke Level Rp 16.793 di Tengah Pelemahan Global

Rupiah Menguat: Dolar AS Terperosok ke Level Rp 16.793 di Tengah Pelemahan Global

Pagi ini, pasar valuta asing dikejutkan dengan pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Mata uang greenback tersebut terpantau merosot ke level Rp 16.793, mencerminkan sentimen pasar yang cenderung mendukung mata uang Garuda.

Menurut data Bloomberg pada Jumat, 11 April 2025, dolar AS diperdagangkan pada Rp 16.793, menunjukkan penurunan signifikan sebesar 29,50 poin atau setara dengan 0,18%. Pelemahan ini mengindikasikan adanya tekanan jual terhadap dolar AS di pasar domestik.

Analis pasar keuangan menyoroti beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tren pelemahan dolar AS. Diantaranya adalah:

  • Sentimen Risiko Global: Meningkatnya selera risiko di kalangan investor global mendorong aliran dana ke aset-aset yang dianggap lebih berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.
  • Kebijakan Moneter Bank Indonesia: Ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang tetap akomodatif turut memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Kebijakan suku bunga yang stabil dan upaya BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar diyakini menjadi faktor penopang penguatan rupiah.
  • Data Ekonomi Domestik: Rilis data ekonomi domestik yang positif, seperti pertumbuhan ekonomi yang solid dan inflasi yang terkendali, memperkuat kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia, sehingga meningkatkan daya tarik rupiah.

Tidak hanya terhadap rupiah, dolar AS juga mengalami pelemahan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya. Data menunjukkan:

  • Dolar Australia: Dolar AS melemah 0,40% terhadap dolar Australia.
  • Yuan China: Dolar AS turun tipis 0,02% terhadap yuan China.
  • Pound Sterling: Dolar AS melemah signifikan 0,32% terhadap pound sterling.
  • Euro: Dolar AS merosot tajam 0,88% terhadap euro.
  • Yen Jepang: Dolar AS melemah 0,57% terhadap yen Jepang.
  • Dolar Singapura: Dolar AS turun 0,23% terhadap dolar Singapura.

Secara keseluruhan, pelemahan dolar AS mencerminkan sentimen pasar yang cenderung dovish terhadap mata uang tersebut. Investor tampaknya merespon data ekonomi AS yang kurang menggembirakan dan ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) yang tidak seagresif perkiraan sebelumnya. Kondisi ini memberikan ruang bagi mata uang lain, termasuk rupiah, untuk menguat.

Kedepan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global dan domestik, serta kebijakan moneter yang diambil oleh BI dan The Fed. Investor perlu mencermati data-data ekonomi yang akan dirilis dan pernyataan-pernyataan dari para pembuat kebijakan untuk dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.