Kebijakan Tarif Trump Mendorong Perdagangan AS-China ke Jurang: Analisis Dampak Kenaikan Hingga 145%

Kebijakan Tarif Trump Mendorong Perdagangan AS-China ke Jurang: Analisis Dampak Kenaikan Hingga 145%

Kenaikan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Donald Trump terhadap produk-produk asal China telah mencapai titik tertinggi, mengakumulasi hingga 145%. Angka ini merupakan gabungan dari berbagai kebijakan tarif baru yang diumumkan, serta bea masuk terkait fentanil yang telah diberlakukan sebelumnya. Para analis ekonomi memperingatkan bahwa level tarif setinggi ini berpotensi menghentikan sebagian besar aktivitas perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Menurut laporan CNBC yang dikutip pada Jumat, 11 April 2025, seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa total tarif yang dikenakan AS terhadap barang-barang China kini mencapai 145%. Angka ini termasuk kenaikan tarif terbaru, yang melonjak menjadi 125% dari level awal 84% yang diumumkan Trump pada hari Rabu. Selain itu, akumulasi tarif juga mencakup bea masuk sebesar 20% yang telah diterapkan sejak Februari terhadap produk-produk terkait fentanil.

Erica York, seorang ekonom dan Wakil Presiden Kebijakan Pajak Federal di Tax Foundation, berpendapat bahwa kenaikan tarif impor yang signifikan ini akan berdampak besar pada hubungan dagang AS-China. "Secara umum, jika Anda mencapai tarif lebih dari tiga digit, Anda akan menghentikan sebagian besar perdagangan," ujar York. Ia menambahkan bahwa pasar masih belum sepenuhnya aman, dan ancaman pelemahan ekonomi masih membayangi, mengingat ketidakpastian kebijakan hingga Juli, saat pengenaan tarif dijadwalkan berakhir.

Trump sendiri baru-baru ini mengumumkan penundaan kenaikan tarif impor untuk sebagian besar negara, kecuali China, selama 90 hari. Dalam rapat kabinet pada hari Kamis, ia menolak untuk mengesampingkan kemungkinan memperpanjang penangguhan 90 hari tersebut. Dengan mempertimbangkan tarif China, pungutan dasar 10% yang masih berlaku, dan tarif sektoral lainnya, Trump meyakini bahwa ia telah membawa AS ke posisi proteksionis terkuat dalam beberapa dekade terakhir.

Implikasi dan Analisis

Kenaikan tarif yang mencapai 145% menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan hubungan dagang AS-China. Beberapa implikasi utama dari kebijakan ini meliputi:

  • Gangguan Rantai Pasokan: Tarif yang tinggi akan meningkatkan biaya impor bagi perusahaan-perusahaan AS yang bergantung pada produk-produk China. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada rantai pasokan, yang pada akhirnya akan berdampak pada konsumen.
  • Inflasi: Kenaikan biaya impor dapat diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi, yang berpotensi memicu inflasi.
  • Pemindahan Produksi: Perusahaan-perusahaan AS mungkin terpaksa memindahkan produksi mereka ke negara-negara lain dengan biaya yang lebih rendah untuk menghindari tarif yang tinggi.
  • Pembalasan dari China: China kemungkinan akan membalas dengan menerapkan tarif terhadap produk-produk AS, yang dapat memicu perang dagang yang lebih luas.
  • Dampak Ekonomi Global: Perang dagang antara AS dan China dapat berdampak negatif pada ekonomi global, mengurangi pertumbuhan dan meningkatkan ketidakpastian.

Kesimpulan

Kebijakan tarif Trump yang agresif terhadap China telah membawa hubungan dagang kedua negara ke titik kritis. Kenaikan tarif hingga 145% berpotensi menghentikan sebagian besar perdagangan antara AS dan China, dengan implikasi yang luas bagi ekonomi global. Meskipun Trump mengklaim bahwa kebijakan ini akan menguntungkan AS, banyak ekonom memperingatkan bahwa hal itu dapat menyebabkan gangguan rantai pasokan, inflasi, dan pembalasan dari China. Masa depan hubungan dagang AS-China sangat bergantung pada bagaimana kedua negara menavigasi tantangan ini dalam beberapa bulan mendatang.