Titiek Puspa: Perjalanan dari Panggung RRI ke Istana Negara dan Persahabatan dengan Para Pemimpin

Titiek Puspa: Perjalanan dari Panggung RRI ke Istana Negara dan Persahabatan dengan Para Pemimpin

Nama Titiek Puspa, legenda musik Indonesia, tak hanya dikenal karena karya-karyanya yang abadi, tetapi juga karena kedekatannya dengan para pemimpin bangsa sejak era Presiden Soekarno. Kisah perjalanan karirnya yang unik dimulai dari sebuah panggilan mendadak ke Istana Negara.

Panggilan Tak Terduga dari Bung Karno

Saat masih berkarya di Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta, Titiek Puspa muda menerima sebuah utusan dari Istana Negara yang menyampaikan pesan penting dari Presiden Soekarno. Perasaan campur aduk meliputi hatinya. Kaget, penasaran, sekaligus senang menjadi satu. Pertanyaan besar muncul di benaknya, "Mengapa Bung Karno memanggil saya?"

"Waktu itu benar-benar panik," kenang Titiek Puspa dalam sebuah wawancara. "Kaget iya, senang juga iya. Sampai di Istana, jantung saya berdebar kencang. Bung Karno langsung menyapa, 'Ini toh Titiek Puspa? Yang pintar menyanyi itu?' Saya menjawab dengan bahasa Jawa, 'Tidak pintar, Bapak, tapi ya bisa saja'."

Tanpa basa-basi, Bung Karno langsung melakukan audisi singkat. Ia meminta Titiek Puspa menyanyi di hadapannya. Tentu saja, wanita muda itu merasa gugup. Menyanyi di depan seorang presiden tanpa persiapan adalah pengalaman yang luar biasa mendebarkan.

"Saya langsung disuruh menyanyi saat itu juga. Ya, gemetar juga namanya menyanyi di depan presiden tanpa latihan, tanpa persiapan. Setelah itu Bung Karno berkomentar bahwa suara saya bagus, 'Mulai sekarang kamu jadi penyanyi istana', begitu katanya," ujar Titiek Puspa.

Menjadi Penyanyi Istana dan Tur Keliling Dunia

Sejak saat itu, Titiek Puspa resmi menjadi bagian dari keluarga Istana Negara. Ia memiliki banyak cerita dan kenangan tak terlupakan selama menjadi penyanyi istana. Salah satunya adalah ketika ia diajak tur keliling Amerika, Eropa, dan Asia selama 40 hari bersama band Lensois, sebuah grup musik yang dibentuk oleh Bung Karno sendiri.

Pengalaman tur tersebut menjadi kenangan yang berharga, meski ada satu tantangan yang cukup berat bagi Titiek Puspa. "Itu 40 hari tur tidak ketemu nasi sampai menangis," kenangnya. Hampir setiap hari ia harus mengonsumsi makanan khas negara barat seperti spageti, hamburger, dan sejenisnya.

"Itu 90 persen makannya roti. Namanya makan roti ya tidak 'nendang'. Tapi, ya akhirnya terbiasa juga. Baru pas masuk benua Asia ketemu nasi," ujarnya.

Titiek Puspa merasa sangat beruntung karena dipilih sebagai salah satu penyanyi istana. Ia tidak hanya tampil di dalam negeri, tetapi juga sering ikut kunjungan kenegaraan dan menjadi pengisi acara di berbagai acara penting.

Di mata Titiek Puspa, Bung Karno adalah sosok pemimpin yang sangat kebapakan. Setiap kali memintanya untuk menyanyi, permintaannya terasa seperti permintaan seorang ayah kepada anaknya. Kesan itulah yang tidak bisa digantikan oleh pemimpin lain.

"Dulu itu aturannya tidak terlalu ketat. Hubungan penyanyi dan band ke Bung Karno kayak bukan ke presiden, tapi kayak bapak sama anak. Persaudaraannya itu terasa sekali," kata Titiek Puspa.

Satu hal yang menjadi perhatian Bung Karno adalah cara berpakaian. Ia mewajibkan para penyanyi istana untuk mengenakan kain kebaya, baik saat tampil di Istana Negara maupun saat melakukan tur ke luar negeri.

"Ya, kain dan kebaya harus. Dari Jakarta ke Amerika ikut tur juga harus selalu pakai kain," ujarnya.

Kedekatan dengan Ibu Tien Soeharto

Setelah era Bung Karno berakhir, Titiek Puspa tetap diminta untuk menyanyi di Istana Negara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Di era ini, ia menjalin kedekatan yang erat dengan Ibu Negara, Tien Soeharto.

Titiek Puspa bercerita bahwa setiap kali bertemu dengan Ibu Tien, ada chemistry yang membuat mereka bisa tertawa bersama hingga sakit perut.

"Dengan Ibu Tien dekat sekali. Dekat dalam arti, setiap ketemu, kami bisa ketawa sampai terpingkal-pingkal, sampai geli sekali. Kalau beliau sudah cekikikan, saya lebih geli sampai perut sakit," ujarnya.

Setiap ada acara ulang tahun atau acara penting lainnya, Ibu Tien selalu meminta Titiek Puspa untuk mengisi acara. Ia bahkan sempat membuatkan lagu berjudul "Dua Sejoli" sebagai hadiah ulang tahun pernikahan untuk Ibu Tien dan Pak Harto.

"Setiap ada acara ulang tahun inginnya Titiek Puspa. Selalu begitu. Saya juga waktu itu buat lagu 'Dua Sejoli' untuk kado ulang tahun pernikahan Bu Tien dan Pak Harto, tapi lupa ulang tahun yang ke berapa gitu," katanya.

Kisah Titiek Puspa adalah cerminan perjalanan seorang seniman yang tidak hanya berkarya untuk seni, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah bangsa. Kedekatannya dengan para pemimpin negara menjadi bukti bahwa seni dan budaya memiliki peran penting dalam membangun jembatan persahabatan dan persatuan.