BSI Perkuat Ekonomi Akar Rumput dengan Digitalisasi Pasar Tradisional
Bank Syariah Indonesia (BSI) tengah gencar membidik transaksi ritel di kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang beroperasi di pasar-pasar tradisional di seluruh Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perseroan untuk memperkuat ekonomi akar rumput dengan memanfaatkan instrumen keuangan syariah.
BSI menyadari betul potensi besar yang dimiliki sektor UMKM dalam menopang perekonomian nasional. Data menunjukkan bahwa UMKM berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, mencapai angka 60%. Selain itu, sektor ini juga menyerap hampir seluruh tenaga kerja di Indonesia, yakni sekitar 97%. Dengan kata lain, UMKM adalah tulang punggung perekonomian yang perlu terus didukung dan diberdayakan.
Salah satu upaya BSI dalam mendukung UMKM di pasar tradisional adalah melalui digitalisasi transaksi. Perseroan menyediakan berbagai layanan syariah, seperti BSI Agen, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), dan EDC (Electronic Data Capture), yang memungkinkan para pedagang dan pembeli untuk melakukan transaksi secara lebih aman, cepat, dan mudah.
Direktur Distribution & Sales BSI, Anton Sukarna, menjelaskan bahwa pemberdayaan ekosistem pasar merupakan langkah strategis untuk memperkokoh ketahanan ekonomi masyarakat. Pasar, sebagai salah satu pusat ekonomi masyarakat akar rumput, memiliki potensi besar untuk dikembangkan dengan instrumen keuangan syariah yang dimiliki BSI.
"Saat ini BSI menyasar pasar untuk membangun ekosistem halal yang nantinya akan terhubung dari hulu hingga hilir mulai produksi hingga penjualan di pasar," ujar Anton.
Digitalisasi Transaksi di Pasar Beringharjo
Sebagai langkah awal, BSI telah menjadikan Pasar Beringharjo di Yogyakarta sebagai percontohan ekosistem pasar. Yogyakarta dipilih karena merupakan kota wisata yang menjadi destinasi wisata nasional.
Anton menjelaskan bahwa layanan keuangan syariah BSI, seperti BSI Agen, QRIS, dan EDC, akan terus ditingkatkan untuk mendorong transaksi keuangan syariah digital. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan inklusi keuangan syariah dan minat masyarakat terhadap layanan perbankan syariah.
Data Merchant dan Transaksi QRIS BSI
Hingga tahun 2024, total merchant QRIS BSI di seluruh Indonesia mencapai 448.000, dengan jumlah transaksi mencapai 42,9 juta dan nilai transaksi sebesar Rp3,5 triliun. Sementara itu, jumlah merchant EDC BSI mencapai 13.000, dengan jumlah transaksi 1,3 juta dan nilai transaksi Rp551 miliar.
"Kami akan optimalkan potensi transaksi melalui BSI Agen, QRIS dan EDC untuk digitalisasi transaksi di pasar. Selain itu juga BSI terus mengedukasi investasi emas bagi pedagang dan wirausaha, serta pembiayaan untuk perputaran modal usaha sesuai segmen yakni mikro, maupun kecil dan menengah," kata Anton.
Di Yogyakarta sendiri, total merchant QRIS BSI mencapai sekitar 21.000, dengan total transaksi hingga Maret mencapai Rp16,3 miliar dan jumlah transaksi lebih dari 3.500 per merchant. Jumlah nasabah wirausaha di Yogyakarta mencapai 4.545, yang didominasi oleh pedagang besar dan eceran, wirausaha makanan dan minuman, serta pelaku usaha di bidang sosial budaya dan kerajinan.
Dukungan Pembiayaan untuk UMKM
Selain digitalisasi transaksi, BSI juga memberikan dukungan pembiayaan kepada UMKM. Hingga Februari 2025, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp52,09 triliun kepada sektor UMKM, atau meningkat 12,69% secara tahunan. Pembiayaan ini disalurkan kepada lebih dari 360 ribu nasabah. Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) BSI mencapai Rp97,45 triliun atau 34,58%, melampaui target yang ditetapkan oleh regulator.
Dengan pemberdayaan klaster pasar, BSI berharap inklusi jasa keuangan dan perbankan syariah di kalangan pelaku ekonomi akar rumput semakin tumbuh dan kuat. Hal ini sejalan dengan upaya BSI untuk menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu katalis pembangunan ekonomi nasional.
Inisiatif Strategis BSI
Langkah BSI membidik transaksi ritel UMKM di pasar tradisional merupakan inisiatif strategis yang patut diapresiasi. Dengan fokus pada digitalisasi dan dukungan pembiayaan, BSI tidak hanya membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas UMKM, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dukungan berkelanjutan terhadap UMKM, sebagai tulang punggung ekonomi nasional, akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.