Eskalasi Dagang: Uni Eropa Siapkan Langkah Balasan Senilai 20 Miliar Euro Terhadap Tarif AS
Uni Eropa Siapkan Balasan atas Kebijakan Tarif AS: Menuju Perang Dagang?
Brussels bersiap untuk meluncurkan tarif balasan terhadap Amerika Serikat senilai lebih dari 20 miliar Euro sebagai tanggapan atas kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Langkah ini diambil setelah negosiasi gagal mencapai titik temu dan Trump menolak tawaran Uni Eropa untuk menghapus semua tarif atas mobil dan produk industri.
"Kami tidak ingin membalas, tetapi sepertinya 'mereka yang memulai'," ujar Olof Gill, juru bicara Komisioner Perdagangan Uni Eropa, menggambarkan posisi blok tersebut. Para diplomat Uni Eropa telah menyetujui langkah-langkah balasan ini sebelum Trump menangguhkan tarif selama 90 hari dan menurunkannya menjadi 10%. Uni Eropa menganggap tarif AS sebagai tindakan yang tidak berdasar dan merugikan, yang berdampak negatif pada ekonomi kedua belah pihak.
Rincian Tarif Balasan Uni Eropa
Komisi Eropa menekankan preferensi untuk negosiasi yang seimbang dan saling menguntungkan. Namun, dengan tidak adanya kemajuan, Uni Eropa akan menerapkan pendekatan tiga tahap:
- Tahap 1: Tarif senilai 3,9 miliar Euro, mulai berlaku pekan depan, menyasar komoditas seperti baja, aluminium, unggas, kacang-kacangan, dan kedelai.
- Tahap 2: Tarif senilai 13,5 miliar Euro, mulai pertengahan Mei.
- Tahap 3: Tarif senilai 3,5 miliar Euro, dijadwalkan mulai Desember.
Strategi Uni Eropa tampaknya menargetkan basis pendukung Partai Republik. Daftar produk yang terkena tarif mencakup sepeda motor dan celana jeans, dengan tujuan meningkatkan harga dan mengurangi daya tarik bagi konsumen Eropa. Menteri Perdagangan Swedia, Benjamin Dousa, menyatakan bahwa sebagian besar daftar tarif balasan terdiri dari produk yang mudah diganti oleh konsumen dan pelaku usaha.
Penundaan penerapan bea terhadap kedelai dan almond, yang memiliki dampak signifikan bagi produsen AS, lebih bersifat hukum daripada politik, memberikan ruang bagi negosiasi lebih lanjut untuk menghindari perang dagang skala penuh.
Upaya Diplomasi dan Tantangan ke Depan
Komisioner Perdagangan UE, Maros Sefcovic, telah melakukan upaya intensif untuk mencari titik temu dengan Washington, namun semua upaya tersebut gagal. Komisi Eropa menyatakan bahwa langkah-langkah balasan ini dapat disesuaikan seiring dengan perubahan tarif yang diberlakukan oleh AS.
Analis Cinzia Alcidi dari Centre for European Policy Studies berpendapat bahwa pendekatan tarif AS yang kasar menunjukkan kurangnya niat untuk pertukaran yang adil. Dia percaya bahwa hanya tekanan domestik yang dapat memaksa Presiden AS untuk berkompromi. Alcidi memperingatkan bahwa tarif pada dasarnya adalah pajak bagi konsumen dalam negeri, yang dapat menyebabkan kenaikan harga dan kesulitan bagi bisnis yang bergantung pada komponen impor. Jika inflasi meningkat dan ketidakpuasan publik meningkat, popularitas Trump dan stabilitas dalam Kongres AS dapat terancam.
Potensi Target Selanjutnya: Sektor Teknologi AS
Eropa juga merasakan dampak dari ketegangan perdagangan ini. Peneliti Niclas Poitiers mencatat bahwa dunia usaha dan masyarakat mulai menunjukkan kegelisahan. Eropa harus menyeimbangkan kebutuhan untuk bertindak tegas dengan keinginan untuk mencari solusi dan menghindari eskalasi lebih lanjut.
Dalam jangka panjang, Uni Eropa dapat mempertimbangkan untuk menargetkan ekspor jasa Amerika, termasuk sektor teknologi dan perusahaan konsultasi. Instrumen Anti-Koersi (ACI), yang dibentuk pada tahun 2023 sebagai respons terhadap tindakan Cina terhadap Lithuania, dapat digunakan untuk membatasi operasional bank-bank AS, memotong akses pendapatan layanan streaming seperti Netflix, atau bahkan mencabut hak paten milik AS. Namun, seorang diplomat UE menegaskan bahwa belum ada keinginan untuk menggunakan opsi ini, dan wacana menyasar sektor teknologi masih sebatas spekulasi.
Ancaman Banjir Barang Murah dari Cina
Kekhawatiran utama bagi Uni Eropa adalah potensi banjir barang murah dari Cina dan negara-negara Asia lainnya yang mencari pasar baru di luar AS. Cina telah mengumumkan tarif balasan hingga 84% terhadap produk asal AS. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, telah membahas masalah ini dengan Perdana Menteri Cina, Li Qiang, untuk memastikan bahwa potensi pengalihan perdagangan ditangani dengan tepat.