Muhammadiyah Tegaskan Larangan Pemberian Gelar Profesor Kehormatan di Lingkungan PTMA
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, kembali menegaskan larangan pemberian gelar profesor kehormatan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA). Penegasan ini disampaikan di sela-sela pengukuhan Prof. Dr. Jebul Suroso, S.Kep., Ns., M.Kep., sebagai guru besar bidang Manajemen Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Haedar Nashir secara eksplisit meminta seluruh PTMA untuk tidak mengikuti praktik yang umum dilakukan oleh universitas lain, yaitu memberikan gelar profesor kehormatan kepada tokoh-tokoh tertentu. Menurutnya, gelar profesor seharusnya melekat pada profesi dan institusi, serta merupakan sebuah jabatan akademik yang diraih melalui proses penelitian dan pengajaran yang panjang dan ketat.
"Pesan kami dari PP Muhammadiyah sangat jelas, PTMA jangan ikut-ikutan memberikan gelar profesor kehormatan. Profesor itu adalah jabatan akademik yang terikat dengan profesi dan institusi," ujar Haedar dengan nada serius, Kamis (10/4/2025).
Penegasan ini diulanginya hingga dua kali, menunjukkan betapa pentingnya isu ini bagi PP Muhammadiyah. Haedar khawatir pemberian gelar profesor kehormatan dapat merusak marwah dan kredibilitas institusi PTMA.
"Ini adalah pesan penting, meskipun belum ada Surat Keputusan (SK) resmi. Anggap saja ini adalah perintah dari Ketua Umum demi menjaga marwah dan memperkuat PTMA," tegasnya.
Lebih lanjut, Haedar Nashir menyampaikan apresiasi atas bertambahnya guru besar di lingkungan PTMA. Dengan pengukuhan Prof. Jebul Suroso, total guru besar di seluruh PTMA saat ini mencapai 431 orang. Ia berharap peningkatan jumlah guru besar ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap kualitas pendidikan dan penelitian di PTMA.
"Dengan bertambahnya jumlah guru besar, kami berharap akan terjadi peningkatan signifikan dalam kualitas, keunggulan, dan peran strategis perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah," jelasnya.
Haedar Nashir juga memiliki visi besar agar PTMA dapat bersaing di kancah internasional dan masuk dalam jajaran universitas top dunia. Ia optimis hal ini dapat tercapai, mengingat saat ini sudah ada 20 PTMA yang memiliki fakultas kedokteran dan berstatus unggul, serta 14 PTMA yang terakreditasi unggul.
"Kita sudah memiliki 20 PTMA dengan fakultas kedokteran yang otomatis unggul, dan 14 PTMA dengan akreditasi unggul. Ini adalah modal yang sangat baik," ungkapnya.
Untuk mencapai visi tersebut, Haedar Nashir meminta seluruh guru besar di lingkungan Muhammadiyah untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan kualitas penelitian serta pengajaran. Ia menyadari bahwa meskipun PTMA memiliki reputasi yang baik di dalam negeri, masih banyak yang perlu ditingkatkan untuk bersaing di tingkat global.
"Kita harus bekerja keras untuk memenuhi standar world university ranking. Artinya, meskipun kita merasa besar di dalam negeri, kita masih tertinggal dalam konteks global," ujarnya.
Sementara itu, Prof. Jebul Suroso dalam orasi ilmiahnya menyampaikan penelitiannya tentang "Transformasi Perawat Dalam Lanskap Politik Kesehatan di Indonesia". Ia berharap penelitiannya dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan profesi perawat di Indonesia.
"Saya adalah seorang perawat dan guru besar di bidang Manajemen Keperawatan. Penelitian saya berfokus pada transformasi perawat dalam lanskap politik kesehatan di Indonesia. Saya berharap karakter perawat semakin baik, semakin ramah terhadap teknologi, semakin modern, dan memiliki jiwa enterpreneur yang kuat," ungkap Prof. Jebul.
Ia juga berharap pemerintah Indonesia dapat lebih fokus pada upaya promosi kesehatan, tidak hanya pada pengobatan penyakit. Menurutnya, upaya preventif akan memberikan dampak yang lebih besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan efisiensi anggaran.
"Selama ini, perawat identik dengan merawat orang sakit, padahal sebenarnya mereka memiliki peran penting dalam promosi kesehatan. Saya berharap ke depan Indonesia tidak hanya fokus mengobati orang sakit, tetapi lebih kepada mempromosikan hidup sehat. Hal ini akan berkontribusi besar pada efisiensi anggaran dan kualitas sumber daya manusia," pungkasnya.
Berikut poin-poin penting yang disampaikan dalam berita ini:
- PP Muhammadiyah melarang PTMA memberikan gelar profesor kehormatan.
- Penegasan disampaikan saat pengukuhan Prof. Jebul Suroso sebagai guru besar UMP.
- PP Muhammadiyah ingin menjaga marwah dan kredibilitas PTMA.
- Jumlah guru besar di PTMA mencapai 431 orang.
- PP Muhammadiyah berharap PTMA dapat bersaing di tingkat global.
- Prof. Jebul Suroso meneliti tentang transformasi perawat di Indonesia.
- Prof. Jebul Suroso mendorong promosi kesehatan sebagai fokus utama.